1/54
Looks like no tags are added yet.
Name | Mastery | Learn | Test | Matching | Spaced |
|---|
No study sessions yet.
Q: Apa perbedaan antara inflasi dan tingkat inflasi
A: Inflasi adalah kenaikan harga secara umum, sedangkan tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum (seberapa cepat/lambat kenaikan harga tersebut).
Q: Kapan suatu kenaikan harga bisa disebut inflasi
A: Kenaikan harga baru bisa disebut inflasi jika terjadi secara umum (banyak barang/jasa), bukan hanya satu atau dua jenis barang saja. Kecuali kenaikan harga barang tertentu (seperti BBM) mendorong kenaikan harga barang/jasa lainnya.
Q: Sebutkan 4 indikator yang digunakan untuk mengukur inflasi
A: 1) Indeks Harga Konsumen (IHK), 2) PDB Deflator, 3) Indeks Harga Produsen (IHP), 4) Indeks Harga Perdagangan Besar.
Q: Apa itu Indeks Harga Konsumen (IHK)
A: IHK adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen (keranjang belanja masyarakat).
Q: Apa itu Indeks Harga Produsen (IHP) dan kenapa penting
A: IHP adalah indeks yang mengukur harga rata-rata barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk proses produksi. Penting karena IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan (perubahan harga bahan baku → meningkatkan biaya produksi → meningkatkan harga barang konsumsi).
Q: Sebutkan 4 kategori tingkatan inflasi berdasarkan keparahannya
A: 1) Inflasi rendah: < 2-3% per tahun, 2) Inflasi moderat: 4-10% per tahun, 3) Inflasi tinggi: 10-100% per tahun, 4) Hiperinflasi: > 100% per tahun.
Q: Berapa tingkat inflasi Indonesia saat krisis ekonomi 1997/1998
A: 77.63 persen (tergolong inflasi tinggi).
Q: Berapa tingkat inflasi Indonesia akibat pencabutan subsidi BBM tahun 2005 dan 2008
A: Tahun 2005: 17.11%, Tahun 2008: 10.38%.
Q: Apa perbedaan inflasi yang dapat diprediksi dan yang tidak dapat diprediksi
A: Inflasi yang dapat diprediksi memungkinkan semua pihak mempersiapkan diri dan menyesuaikan (misal: bank menaikkan suku bunga sebagai kompensasi), sehingga tidak merusak ekonomi. Inflasi yang tidak dapat diprediksi menyebabkan ketidakpastian, hilangnya kepercayaan terhadap mata uang, dan efek merusak ekonomi.
Q: Apa pendapat kubu Monetaris (Milton Friedman) tentang inflasi
A: "Inflation is always and everywhere a monetary phenomenon" - inflasi selalu merupakan fenomena moneter, sehingga penawaran uang yang perlu dikontrol dengan baik.
Q: Apa pendapat kubu Keynesian tentang inflasi
A: Inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi moneter, tetapi juga oleh faktor-faktor seperti PDB dan tingkat harga (dalam jangka pendek).
Q: Teori mana yang berlaku dalam jangka pendek dan jangka panjang terkait inflasi
A: Jangka pendek: teori Keynesian (inflasi dipengaruhi PDB dan tingkat harga). Jangka panjang: teori Monetaris (penawaran uang yang menentukan).
Q: Apa itu Demand Pull Inflation (tekanan permintaan)
A: Inflasi yang terjadi karena peningkatan permintaan agregat lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan sektor ekonomi produktif (permintaan naik tapi supply tetap → harga naik).
Q: Sebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan permintaan agregat dan menyebabkan demand pull inflation
A: 1) Peningkatan pengeluaran pemerintah, 2) Pemotongan pajak, 3) Peningkatan ekspor, 4) Pemotongan tingkat suku bunga, 5) Peningkatan penawaran uang, 6) Meningkatnya ekspektasi laba di masa depan.
Q: Apa itu Cost Push Inflation (dorongan biaya)
A: Inflasi yang terjadi karena peningkatan biaya produksi (terutama upah dan harga bahan baku), yang menyebabkan produsen mengurangi produksi atau menaikkan harga.
Q: Apa yang terjadi pada ekonomi saat Cost Push Inflation
A: Penawaran barang/jasa turun (kurva supply bergeser ke kiri), harga naik (inflasi), dan output ekonomi berada di bawah titik keseimbangan alami.
Q: Bagaimana jika inflasi dapat diekspektasikan/diramalkan dengan sempurna
A: Fluktuasi PDB riil akibat tekanan permintaan maupun dorongan biaya tidak akan terjadi. Semua pihak dapat mengantisipasi (misal: upah naik duluan, harga disesuaikan), sehingga ekonomi tetap stabil di PDB potensial.
Q: Apa hubungan antara tingkat harga dan nilai uang
A: Nilai uang = 1/P (P = tingkat harga). Jika tingkat harga naik, nilai uang turun. Contoh: jika inflasi terjadi, nilai uang Rp100.000 turun karena barang/jasa yang dapat dibeli berkurang.
Q: Siapa yang mengontrol penawaran uang dan bagaimana caranya
A: Bank sentral (di Indonesia: Bank Indonesia) melalui instrumen seperti operasi pasar terbuka. Contoh: BI menjual SBI → uang beredar berkurang, BI membeli SBI → uang beredar bertambah.
Q: Apa yang memengaruhi permintaan uang
A: 1) Tingkat suku bunga (suku bunga tinggi → permintaan uang turun karena orang lebih milih nabung/investasi), 2) Tingkat harga (harga naik → butuh lebih banyak uang untuk transaksi → permintaan uang naik).
Q: Apa bentuk kurva penawaran uang dan kenapa
A: Kurva penawaran uang berbentuk vertikal (tegak lurus) karena jumlah penawaran uang tidak terpengaruh oleh perubahan nilai uang atau harga, hanya dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral.
Q: Apa yang terjadi ketika bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar
A: Kurva penawaran uang bergeser ke kanan, nilai uang turun, tingkat harga naik, dan inflasi terjadi.
Q: Apa rumus Teori Kuantitas Uang
A: M × V = P × Y, di mana M = jumlah uang beredar, V = velocity of money (kecepatan perputaran uang), P = tingkat harga, Y = output riil.
Q: Apa kesimpulan dari Teori Kuantitas Uang (dengan asumsi V konstan)
A: 1) Kebijakan bank sentral mengubah penawaran uang akan berdampak pada perubahan tingkat harga, 2) Perubahan jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap nilai output riil (Y), karena output ditentukan oleh faktor produksi dan teknologi.
Q: Apa perbedaan suku bunga nominal dan suku bunga riil
A: Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan bank. Suku bunga riil adalah suku bunga setelah diperhitungkan inflasi (menunjukkan pertambahan daya beli riil).
Q: Apa rumus hubungan antara suku bunga nominal, riil, dan inflasi
A: Suku bunga riil = Suku bunga nominal - Tingkat inflasi, atau Suku bunga nominal = Suku bunga riil + Tingkat inflasi.
Q: Apa itu Efek Fisher
A: Dalam jangka panjang, peningkatan tingkat suku bunga nominal akan sama besarnya dengan peningkatan inflasi dan peningkatan jumlah uang beredar. Contoh: jika uang beredar naik 5% → inflasi naik 5% → suku bunga nominal naik 5%.
Q: Kapan Efek Fisher berlaku
A: Efek Fisher hanya berlaku dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek tidak berlaku karena inflasi tidak dapat diantisipasi dengan sempurna.
Q: Sebutkan dampak positif inflasi ringan
A: 1) Mendorong perekonomian, 2) Meningkatkan pendapatan nasional, 3) Mendorong pekerja bergairah untuk bekerja, menabung, dan investasi, 4) Membuat bisnis dinamis.
Q: Apa dampak negatif utama dari inflasi tinggi/hiperinflasi
A: 1) Penurunan daya beli masyarakat, 2) Shoe Leather Cost, 3) Menu Cost, 4) Peningkatan pengangguran.
Q: Apa contoh ekstrim hiperinflasi dalam sejarah
A: Zimbabwe tahun 2006-2008 dengan inflasi mencapai lebih dari 2 juta persen. Untuk makan seadanya butuh 500 juta dolar Zimbabwe, sepotong roti 1.7 juta dolar Zimbabwe.
Q: Apa itu Shoe Leather Cost
A: Biaya berupa waktu dan ketidaknyamanan akibat harus sering ke bank/ATM karena orang tidak mau memegang banyak uang tunai (nilai uang turun karena inflasi). Bukan benar-benar biaya sepatu, tapi waktu dan tenaga yang terbuang.
Q: Apa itu Menu Cost
A: Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menyesuaikan harga sesuai inflasi, meliputi: biaya menentukan harga baru, cetak katalog baru, kirim katalog, dan biaya iklan harga baru.
Q: Sebutkan 3 cara utama pemerintah menangani inflasi
A: 1) Kebijakan Fiskal (naikkan pajak dan kurangi pengeluaran pemerintah), 2) Kebijakan Moneter (naikkan suku bunga dan batasi kredit), 3) Kebijakan dari sisi penawaran (kurangi biaya produksi, tingkatkan produksi, kembangkan teknologi).
Q: Bagaimana kebijakan fiskal mengatasi inflasi
A: Dengan menaikkan pajak (mengurangi likuiditas masyarakat) dan mengurangi pengeluaran pemerintah (mengurangi uang yang beredar), sehingga permintaan turun dan inflasi turun.
Q: Bagaimana kebijakan moneter mengatasi inflasi
A: Dengan menaikkan suku bunga (mendorong masyarakat menabung, mengurangi uang beredar) dan membatasi kredit (membatasi likuiditas), sehingga permintaan turun dan inflasi turun.
Q: Bagaimana kebijakan dari sisi penawaran mengatasi inflasi
A: Dengan mengurangi biaya produksi (kurangi pajak impor/bahan baku), menetapkan harga, meningkatkan produksi, dan mengembangkan teknologi, sehingga supply naik dan harga turun.
Q: Apa itu ekspektasi rasional dalam prediksi inflasi
A: Prediksi inflasi yang didasarkan pada semua informasi relevan yang tersedia (data ekonomi masa lalu, kebijakan pemerintah, kondisi global, harga komoditas, dll). Ini metode prediksi terbaik meskipun tidak menjamin 100% benar.
Q: Apa yang terjadi jika permintaan agregat tumbuh melebihi ekspektasi
A: PDB riil bergerak melebihi PDB potensial dan tingkat inflasi melebihi tingkat ekspektasi (terjadi saat demand pull inflation).
Q: Apa yang terjadi jika permintaan agregat tumbuh di bawah ekspektasi
A: PDB riil jatuh di bawah PDB potensial, tingkat inflasi melambat, dan ekonomi lesu (terjadi saat cost push inflation).
Q: Apa rumus sederhana untuk menghitung tingkat inflasi
A: π = (P₁ - P₀) / P₀, di mana π = tingkat inflasi, P₁ = tingkat harga tahun t+1, P₀ = tingkat harga tahun t.
Q: Contoh perhitungan inflasi: harga tahun ini 100, tahun depan 107. Berapa inflasinya
A: π = (107 - 100) / 100 = 7/100 = 7%.
Q: Apa manfaat Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk mengukur standar hidup
A: IHK dapat menunjukkan perubahan standar hidup masyarakat dari tahun ke tahun. Dengan membandingkan kenaikan IHK (inflasi) dengan kenaikan pendapatan, bisa diketahui apakah daya beli/standar hidup naik atau turun.
Q: Jika inflasi 8.8% dan gaji naik 5%, apa yang terjadi pada standar hidup
A: Standar hidup turun karena kenaikan gaji (5%) lebih kecil dari kenaikan biaya hidup (8.8%), sehingga daya beli berkurang.
Q: Jika inflasi 8.8% dan gaji naik 10%, apa yang terjadi pada standar hidup
A: Standar hidup naik karena kenaikan gaji (10%) lebih besar dari kenaikan biaya hidup (8.8%), sehingga daya beli meningkat.
Q: Kenapa ekonom lebih fokus pada harga riil daripada harga nominal
A: Karena harga nominal selalu berubah karena inflasi, sedangkan harga riil menunjukkan nilai sebenarnya (seberapa banyak barang yang harus dikorbankan untuk mendapatkan barang lain) dan tidak dipengaruhi oleh inflasi.
Q: Apa target realisasi inflasi Bank Indonesia tahun 2008
A: Antara 5% - 7%.
Q: Mengapa kenaikan harga BBM dapat menyebabkan inflasi meskipun hanya satu jenis barang
A: Karena BBM adalah input penting untuk hampir semua kegiatan ekonomi (transportasi, produksi, distribusi). Kenaikan harga BBM mendorong kenaikan harga barang/jasa lainnya secara berantai, sehingga menyebabkan inflasi umum.
Q: Apa yang dimaksud dengan velocity of money (V) dalam teori kuantitas
A: Kecepatan perputaran uang, yaitu seberapa sering uang berpindah tangan dalam perekonomian dalam satu tahun tertentu.
Q: Kenapa perubahan penawaran uang tidak memengaruhi output riil (Y) dalam jangka panjang
A: Karena output riil (Y) ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi (tenaga kerja, modal, sumber daya alam) dan teknologi produksi, bukan oleh jumlah uang beredar. Menambah uang hanya meningkatkan harga (P), bukan produksi (Y).
Q: Dalam kurva AD-AS, apa yang terjadi saat demand pull inflation
A: Kurva permintaan agregat (AD) bergeser ke kanan karena permintaan naik, sementara kurva penawaran (SAS dan LAS) tetap. Akibatnya tingkat harga naik dan terjadi inflasi.
Q: Dalam kurva AD-AS, apa yang terjadi saat cost push inflation
A: Kurva penawaran agregat jangka pendek (SAS) bergeser ke kiri karena biaya produksi naik, sementara kurva permintaan (AD) tetap. Akibatnya tingkat harga naik (inflasi) dan output turun (ekonomi di bawah keseimbangan alami).
Q: Apa peran bank sentral yang independen dalam mengendalikan inflasi
A: Bank sentral independen dapat menentukan kebijakan moneter (termasuk penetapan suku bunga) tanpa intervensi politik, sehingga lebih fokus pada stabilitas harga dan pengendalian inflasi untuk kepentingan ekonomi jangka panjang.
Q: Mengapa pengangguran bisa meningkat saat inflasi tinggi
A: Inflasi tinggi → harga naik → biaya produksi naik (termasuk upah) → perusahaan kurang mampu membayar pekerja → PHK → pengangguran naik.