1/63
Looks like no tags are added yet.
Name | Mastery | Learn | Test | Matching | Spaced |
|---|
No study sessions yet.
Q: Apa itu Job Order Costing
A: Sistem akuntansi biaya untuk perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan (custom/unique products), bukan produksi massal.
Q: Sebutkan 5 karakteristik Job Order Costing
A: 1) Produk bervariasi sesuai pesanan, 2) Biaya diakumulasi per pesanan, 3) Biaya per unit = Total biaya ÷ Jumlah unit, 4) Komponen biaya bisa diidentifikasi langsung (kecuali overhead), 5) Harus ada kartu biaya pesanan.
Q: Apa perbedaan Job Order Costing dan Process Costing
A: Job Order untuk produk custom (furniture, konstruksi, custom printing), Process untuk produk massal (minyak goreng, semen, air mineral).
Q: Sebutkan 5 tahapan siklus Job Order Costing
A: 1) Terima Pesanan, 2) Pemesanan Material, 3) Penjadwalan Kerja, 4) Proses Produksi, 5) Pengiriman.
Q: Apa itu Kartu Biaya Pesanan (Job Cost Sheet)
A: Dokumen untuk mengakumulasi semua biaya yang dibebankan ke pesanan tertentu, dari awal sampai akhir. Kayak rapor versi biaya.
Q: Sebutkan 3 komponen biaya produksi dalam Job Order Costing
A: 1) Bahan Baku (Materials), 2) Tenaga Kerja (Labor), 3) Overhead Pabrik (Manufacturing Overhead).
Q: Apa itu Bahan Baku Langsung (Direct Materials)
A: Bahan yang bisa diidentifikasi langsung ke pesanan tertentu dan dibebankan LANGSUNG ke akun Barang Dalam Proses. Contoh: kayu jati untuk meja pesanan.
Q: Apa itu Bahan Baku Tidak Langsung (Indirect Materials)
A: Bahan pembantu yang tidak bisa diidentifikasi langsung ke pesanan tertentu, diakumulasi ke akun Overhead Aktual. Contoh: paku, lem, amplas.
Q: Apa itu Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
A: Upah pekerja yang langsung mengerjakan pesanan tertentu, bisa diidentifikasi jam kerjanya, dibebankan LANGSUNG ke Barang Dalam Proses. Contoh: tukang kayu yang ngerjain meja 20 jam.
Q: Apa itu Tenaga Kerja Tidak Langsung (Indirect Labor)
A: Upah pekerja yang tidak langsung mengerjakan produk, diakumulasi ke Overhead Aktual. Contoh: supervisor, cleaning service, satpam.
Q: Apa saja yang termasuk Overhead Pabrik
A: Bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, listrik, air, gas, depresiasi mesin, sewa pabrik, asuransi pabrik, biaya maintenance.
Q: Bagaimana cara membebankan Overhead ke pesanan
A: Overhead Dibebankan = Tarif Overhead × Basis Aktivitas. Basis aktivitas bisa jam tenaga kerja langsung, jam mesin, unit produksi, atau biaya bahan baku langsung.
Q: Apa itu Sistem Biaya Normal (Normal Costing System)
A: Sistem dimana Bahan Langsung dan Tenaga Kerja Langsung dicatat AKTUAL (biaya yang beneran keluar), sedangkan Overhead dicatat ESTIMASI (pakai tarif predetermined).
Q: Kenapa Overhead pakai estimasi/tarif, bukan aktual
A: Karena overhead tidak bisa diidentifikasi langsung ke pesanan tertentu, jadi harus pakai tarif yang sudah ditentukan di awal periode.
Q: Apa itu Overapplied Overhead (Selisih Menguntungkan)
A: Kondisi dimana Overhead Dibebankan LEBIH BESAR dari Overhead Aktual. Artinya kita "overcharge" ke pesanan. Selisih menambah laba.
Q: Apa itu Underapplied Overhead (Selisih Merugikan)
A: Kondisi dimana Overhead Dibebankan LEBIH KECIL dari Overhead Aktual. Artinya kita "undercharge" ke pesanan. Selisih mengurangi laba.
Q: Kemana selisih overhead ditutup di akhir periode
A: Selisih overhead (baik overapplied maupun underapplied) ditutup ke akun Laba Rugi.
Q: Bagaimana alur pembebanan Bahan Baku
A: Bahan Langsung → LANGSUNG ke Barang Dalam Proses (Job), Bahan Tidak Langsung → Overhead Aktual.
Q: Bagaimana alur pembebanan Tenaga Kerja
A: Tenaga Kerja Langsung → LANGSUNG ke Barang Dalam Proses (Job), Tenaga Kerja Tidak Langsung → Overhead Aktual.
Q: Bagaimana alur pembebanan Overhead
A: Overhead Dibebankan → Barang Dalam Proses (Job). Di akhir periode ditutup ke Overhead Aktual, selisihnya ke Laba Rugi.
Q: Jurnal saat pembelian bahan baku secara kredit
A: Sediaan Bahan Baku (D), Utang Usaha (K).
Q: Jurnal saat pemakaian bahan langsung untuk Job
A: Barang Dalam Proses Job#XX (D), Sediaan Bahan Baku (K).
Q: Jurnal saat pemakaian bahan tidak langsung
A: Kos Overhead Aktual (D), Sediaan Bahan Baku (K).
Q: Jurnal saat pencatatan utang gaji dan upah
A: Gaji dan Upah (D), Utang Gaji dan Upah (K).
Q: Jurnal saat distribusi gaji untuk tenaga kerja langsung
A: Barang Dalam Proses Job#XX (D), Gaji dan Upah (K).
Q: Jurnal saat distribusi gaji untuk tenaga kerja tidak langsung
A: Kos Overhead Aktual (D), Gaji dan Upah (K).
Q: Jurnal saat pembayaran gaji
A: Utang Gaji dan Upah (D), Kas (K).
Q: Jurnal saat membebankan overhead ke Job
A: Barang Dalam Proses Job#XX (D), Kos Overhead Dibebankan (K).
Q: Jurnal saat mencatat overhead aktual (depresiasi)
A: Kos Overhead Aktual (D), Akumulasi Depresiasi (K).
Q: Jurnal saat mencatat overhead aktual (asuransi)
A: Kos Overhead Aktual (D), Uang Muka Asuransi (K).
Q: Jurnal saat menutup overhead (jika underapplied)
A: Kos Overhead Dibebankan (D), Selisih Overhead (D), Kos Overhead Aktual (K).
Q: Jurnal saat Job selesai diproduksi
A: Barang Jadi Job#XX (D), Barang Dalam Proses Job#XX (K).
Q: Jurnal saat mencatat penjualan (pendapatan)
A: Piutang Usaha (D), Pendapatan Penjualan (K).
Q: Jurnal saat mencatat HPP dari penjualan
A: Kos Produk Terjual (D), Barang Jadi Job#XX (K).
Q: Bagaimana rumus menghitung Total Biaya Pesanan
A: Total Biaya = Bahan Baku Langsung + Tenaga Kerja Langsung + Overhead Dibebankan.
Q: Bagaimana rumus menghitung Biaya Per Unit
A: Biaya Per Unit = Total Biaya Pesanan ÷ Jumlah Unit yang Diproduksi.
Q: Bagaimana rumus menghitung Tarif Overhead
A: Tarif Overhead = Total Estimasi Overhead ÷ Total Estimasi Basis Aktivitas.
Q: Apa yang dimaksud dengan Barang Dalam Proses (Work in Process)
A: Pesanan yang masih dalam proses pengerjaan, belum selesai. Di akhir periode menjadi Saldo Akhir BDP.
Q: Apa yang dimaksud dengan Barang Jadi (Finished Goods)
A: Pesanan yang sudah selesai dikerjakan dan siap untuk dijual atau dikirim ke customer.
Q: Bagaimana menghitung Kos Produk Terjual Normal
A: Sediaan Awal Barang Jadi + Kos Produk Jadi - Sediaan Akhir Barang Jadi.
Q: Bagaimana menghitung Kos Produk Terjual Sesuaian
A: Kos Produk Terjual Normal + Overhead Kurang Dibebankan (atau - Overhead Lebih Dibebankan).
Q: Bagaimana menghitung Laba Kotor
A: Laba Kotor = Pendapatan Penjualan - Kos Produk Terjual Sesuaian.
Q: Bagaimana menghitung Laba Operasi Bersih
A: Laba Operasi Bersih = Laba Kotor - Biaya Penjualan - Biaya Administrasi.
Q: Apa fungsi Kartu Biaya Pesanan
A: Untuk mengakumulasi semua biaya per pesanan, menghitung total biaya, menghitung biaya per unit, dan sebagai dokumentasi.
Q: Informasi apa saja yang ada di Kartu Biaya Pesanan
A: Identitas pesanan, tanggal, customer, detail bahan langsung, detail tenaga kerja langsung, detail overhead, total biaya, biaya per unit.
Q: Apa dua bentuk format Kartu Biaya Pesanan
A: Skontro (horizontal/menyamping) dan Stafel (vertikal/ke bawah).
Q: Sebutkan contoh industri yang menggunakan Job Order Costing
A: Furniture custom, konstruksi, percetakan, event organizer, custom apparel, bengkel modifikasi, catering pesanan.
Q: Apa perbedaan Direct Cost dan Indirect Cost
A: Direct Cost bisa diidentifikasi langsung ke pesanan dan langsung dibebankan ke Job. Indirect Cost tidak bisa diidentifikasi langsung, harus diakumulasi ke Overhead dulu.
Q: Apa yang terjadi jika Tarif Overhead terlalu rendah
A: Akan terjadi Underapplied Overhead (overhead kurang dibebankan), sehingga biaya aktual lebih besar dari yang dibebankan, mengurangi laba.
Q: Apa yang terjadi jika Tarif Overhead terlalu tinggi
A: Akan terjadi Overapplied Overhead (overhead lebih dibebankan), sehingga biaya aktual lebih kecil dari yang dibebankan, menambah laba.
Q: Kapan perusahaan melakukan penutupan overhead
A: Di setiap akhir periode akuntansi (biasanya akhir tahun/tutup buku).
Q: Apa tujuan menghitung biaya produksi dalam Job Order Costing
A: Untuk membuat laporan keuangan, mengukur profitabilitas produk, dan mengambil keputusan bisnis seperti penetapan harga.
Q: Apa keuntungan menggunakan Job Order Costing
A: Bisa mengetahui biaya per job secara detail, menentukan harga jual yang profitable, mengevaluasi efisiensi, dan mengontrol biaya produksi.
Q: Dalam kasus PT X, berapa Total Overhead Aktual
A: Rp15.445.000 (Bahan tidak langsung Rp6.000.000 + Tenaga tidak langsung Rp5.568.000 + Depresiasi & Asuransi Rp5.445.000… tapi cek lagi: yang benar Rp6.000.000 + Rp4.000.000 + Rp1.568.000 + Rp4.929.000 + Rp516.000 = Rp15.445.000).
Q: Dalam kasus PT X, berapa Total Overhead Dibebankan
A: Rp13.200.000 (Job#013: Rp1.176.000 + Job#014: Rp10.024.000 + Job#015: Rp2.000.000).
Q: Dalam kasus PT X, berapa Selisih Overhead dan jenisnya
A: Rp2.245.000 Underapplied/Kurang Dibebankan (karena Overhead Aktual Rp15.445.000 > Overhead Dibebankan Rp13.200.000).
Q: Dalam kasus PT X, berapa Total Biaya Job#013
A: Rp5.254.000 (Bahan Langsung Rp2.510.000 + Tenaga Langsung Rp1.568.000 + Overhead Rp1.176.000).
Q: Dalam kasus PT X, berapa HPP Sesuaian untuk Job#013
A: Rp7.499.000 (HPP Normal Rp5.254.000 + Selisih Overhead Rp2.245.000).
Q: Dalam kasus PT X, berapa Laba Kotor dari penjualan Job#013
A: Rp361.000 (Pendapatan Rp7.860.000 - HPP Sesuaian Rp7.499.000).
Q: Dalam kasus PT X, berapa Laba Operasi Bersih
A: Rp286.000 (Laba Kotor Rp361.000 - Biaya Penjualan Rp25.000 - Biaya Administrasi Rp50.000).
Q: Dalam kasus PT X, berapa Tarif Overhead per jam mesin
A: Rp40.000 per jam mesin (Budget Rp300.000.000 ÷ 7.500 jam).
Q: Dalam kasus PT X, Job mana yang masih Work in Process
A: Job#015 dengan biaya Rp9.020.000 (Bahan Rp4.420.000 + Tenaga Rp2.600.000 + Overhead Rp2.000.000).
Q: Apa yang dimaksud dengan Predetermined Overhead Rate
A: Tarif overhead yang ditentukan di awal periode berdasarkan estimasi, digunakan untuk membebankan overhead ke setiap job selama periode berjalan.