1/40
Looks like no tags are added yet.
Name | Mastery | Learn | Test | Matching | Spaced |
|---|
No study sessions yet.
Q: Apa itu Anggaran Pemerintah
A: Anggaran yang mencerminkan kebijakan pemerintah, digunakan untuk pengeluaran rutin (bayar pegawai, belanja barang) dan pembangunan. Memerlukan penerimaan (terutama dari pajak) untuk membiayai pengeluaran.
Q: Mengapa kegiatan pemerintah cenderung meningkat dari waktu ke waktu
A: Karena 3 alasan: 1) Perubahan filosofi tanggung jawab pemerintah (harus urus pendidikan, kesehatan, infrastruktur), 2) Tanggung jawab mengatur yang makin besar terutama setelah Depresi 1929, 3) Tuntutan program kesejahteraan dan infrastruktur yang terus bertambah seiring pertumbuhan penduduk.
Q: Apa dampak Depresi Ekonomi 1929 terhadap peran pemerintah
A: Depresi 1929 mengubah pandangan tentang kapitalisme bebas. Muncul tuntutan jaminan sosial, penyediaan lapangan kerja, dan regulasi lebih ketat untuk bank dan industri. Ini membuat pengeluaran pemerintah meningkat drastis.
Q: Kenapa negara maju membelanjakan persentase PNB lebih tinggi dibanding negara berkembang
A: Karena negara maju punya lebih banyak program sosial, infrastruktur lebih canggih, dan membebani warga negara dengan pajak persentase lebih tinggi dari PNB, sehingga punya dana lebih banyak untuk dibelanjakan.
Q: Apa itu Saldo Anggaran Belanja
A: Selisih antara penerimaan pemerintah dengan pengeluaran pemerintah.
Q: Sebutkan 3 kondisi Saldo Anggaran Belanja
A: 1) Anggaran Belanja Berimbang (penerimaan = pengeluaran), 2) Surplus Anggaran Belanja (penerimaan > pengeluaran), 3) Defisit Anggaran Belanja (penerimaan < pengeluaran).
Q: Apa itu Pembelanjaan Defisit
A: Kondisi ketika terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah tanpa diikuti peningkatan tarif pajak, sehingga mengakibatkan defisit anggaran.
Q: Apa itu Perubahan Anggaran Belanja Berimbang dalam Pengeluaran
A: Kondisi ketika pemerintah menaikkan tarif pajak yang menghasilkan pendapatan sama besar jumlahnya dengan penambahan pengeluaran pemerintah, sehingga anggaran tetap berimbang.
Q: Apa saja 2 sumber pokok peminjaman pemerintah untuk menutup defisit
A: 1) Bank Sentral, 2) Sektor Swasta. Dilakukan dengan menjual surat berharga dan obligasi.
Q: Apa perbedaan Surat Berharga Pemerintah dan Obligasi
A: Surat Berharga: janji bayar sejumlah uang pada tanggal tertentu dengan jangka waktu 90 hari - 1 tahun (jangka pendek). Obligasi: janji bayar di masa depan dengan jangka waktu lebih panjang sekitar 25 tahun (jangka panjang).
Q: Apa itu Efek Pembatasan Paksa (Crowding Out Effect)
A: Peningkatan suku bunga akibat ekspansi fiskal yang menyebabkan penurunan permintaan agregat. Terjadi karena: pengeluaran pemerintah naik → suku bunga naik → investasi swasta turun → permintaan agregat turun.
Q: Jelaskan mekanisme Crowding Out Effect secara lengkap
A: 1) Pemerintah naikkan pengeluaran, 2) Pemerintah pinjam banyak, 3) Permintaan uang meningkat, 4) Suku bunga naik, 5) Investasi swasta turun (karena biaya pinjaman mahal), 6) Permintaan agregat turun.
Q: Kenapa investor mengurangi investasi saat suku bunga tinggi
A: Karena biaya pinjaman jadi mahal, pembayaran cicilan jadi beban berat, sehingga investasi menjadi kurang menarik atau bahkan merugi.
Q: Apa bukti historis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap ekonomi
A: Perang Dunia II Amerika: tahun 1940 PNB naik 7,7%, tahun 1944 PNB naik 74,3%, pengangguran turun dari 14,6% menjadi 1,2%. Ini membuktikan pengeluaran pemerintah meningkat → PNB meningkat → pengangguran turun.
Q: Sebutkan 3 faktor yang menentukan besarnya perubahan anggaran belanja untuk mengatasi pengangguran/inflasi
A: 1) Besarnya perbedaan antara pendapatan nasional aktual dengan pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh, 2) Bentuk kebijakan fiskal diskresioner yang dilaksanakan, 3) Besarnya MPC (Marginal Propensity to Consume).
Q: Apa itu Pendapatan Nasional Potensial
A: Pendapatan nasional yang akan dicapai pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment), yaitu kondisi ideal ketika semua orang yang mau dan mampu bekerja sudah bekerja.
Q: Apa itu Jurang Pendapatan Nasional
A: Perbedaan antara pendapatan nasional yang sebenarnya tercapai dengan pendapatan nasional potensial (pada kesempatan kerja penuh).
Q: Apa itu MPC (Marginal Propensity to Consume)
A: Kecenderungan konsumsi marginal pendapatan nasional, yaitu persentase dari setiap tambahan pendapatan yang akan dibelanjakan untuk konsumsi. Contoh: MPC 0,80 artinya dari setiap Rp100 tambahan pendapatan, Rp80 dibelanjakan dan Rp20 ditabung.
Q: Dalam contoh soal, jika pendapatan nasional potensial Rp850 T, aktual Rp800 T, MPC 0,80, pajak 20%, berapa tambahan pengeluaran pemerintah yang dibutuhkan
A: Rp18,05 triliun. Dihitung dengan rumus multiplier: ΔY = [1/(1-b+bt)] × ΔG, dimana jurang pendapatan (ΔY) = Rp50 T.
Q: Dengan data yang sama, berapa penurunan pajak yang dibutuhkan jika pemerintah hanya menurunkan pajak
A: Rp22,5225 triliun. Dihitung dengan rumus multiplier pajak: ΔY = [b/(1-b+bt)] × ΔT.
Q: Kenapa penurunan pajak yang dibutuhkan (Rp22,52 T) lebih besar dari kenaikan pengeluaran pemerintah (Rp18,05 T) untuk efek yang sama
A: Karena tax multiplier lebih kecil dari government spending multiplier. Ketika pemerintah langsung spending, semua uang masuk ekonomi. Tapi kalau turunkan pajak, tidak semua uang dibelanjakan masyarakat, ada yang ditabung, jadi efeknya lebih kecil.
Q: Jika pemerintah menaikkan pengeluaran Rp10 T, berapa kenaikan pendapatan nasional yang terjadi (dengan MPC 0,80 dan pajak 20%)
A: Rp27,777 triliun. Dihitung: ΔY = [1/(1-0,80+0,80×0,20)] × 10 = 2,777 × 10.
Q: Apa itu Defisit Anggaran
A: Selisih antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah, dimana pengeluaran lebih besar dari penerimaan. Sebagian besar penerimaan berasal dari pajak.
Q: Bagaimana defisit anggaran digunakan untuk mengukur posisi kebijakan fiskal
A: Jika defisit naik → kebijakan fiskal ekspansif (pemerintah dorong ekonomi). Jika defisit turun → kebijakan fiskal kontraktif (pemerintah rem ekonomi).
Q: Berikan contoh defisit yang BUKAN karena kebijakan fiskal
A: Pengeluaran tetap Rp200 T, tarif pajak tetap 20%, tapi pendapatan nasional turun dari Rp1.000 T menjadi Rp750 T karena resesi. Penerimaan pajak turun jadi Rp150 T, terjadi defisit Rp50 T. Ini defisit karena kondisi ekonomi, bukan kebijakan.
Q: Berikan contoh defisit yang ADALAH kebijakan fiskal
A: Pengeluaran tetap Rp200 T, pendapatan nasional tetap Rp1.000 T, tapi pemerintah sengaja turunkan tarif pajak dari 20% menjadi 15%. Penerimaan pajak jadi Rp150 T, terjadi defisit Rp50 T. Ini defisit karena kebijakan fiskal (sengaja).
Q: Apa itu CAD (Cyclically Adjusted Deficit)
A: Defisit Anggaran yang Dikoreksi Secara Siklis. Perkiraan saldo anggaran belanja dengan asumsi pendapatan nasional konstan pada tingkat dasar tertentu (biasanya full employment), untuk menghilangkan pengaruh fluktuasi siklis ekonomi.
Q: Apa fungsi CAD dalam mengukur kebijakan fiskal
A: CAD memberikan indikator lebih akurat tentang perubahan posisi kebijakan fiskal, karena menghilangkan efek dari fluktuasi ekonomi (boom-bust cycle) dan fokus hanya pada perubahan kebijakan fiskal yang disengaja pemerintah.
Q: Bagaimana cara kerja CAD
A: 1) Tentukan baseline pendapatan nasional (misal tingkat full employment), 2) Hitung penerimaan dan pengeluaran pemerintah pada tingkat itu, 3) Lihat saldo anggarannya, 4) Jika saldo berubah, berarti ada perubahan kebijakan fiskal.
Q: Apa keuntungan menggunakan CAD dibanding defisit biasa
A: CAD memisahkan defisit yang timbul karena kebijakan fiskal aktif dengan defisit yang timbul karena kondisi ekonomi otomatis, sehingga memberikan gambaran lebih jelas tentang arah kebijakan fiskal pemerintah.
Q: Apa rumus Government Spending Multiplier
A: Multiplier = 1/(1-b+bt), dimana b = MPC dan t = tarif pajak proporsional.
Q: Apa rumus Tax Multiplier
A: Multiplier = b/(1-b+bt), dimana b = MPC dan t = tarif pajak proporsional.
Q: Mengapa Tax Multiplier selalu lebih kecil dari Government Spending Multiplier
A: Karena pada tax multiplier ada faktor b (MPC) di pembilang yang nilainya < 1, sedangkan government spending multiplier pembilangnya 1. Ini mencerminkan bahwa tidak semua penurunan pajak akan dibelanjakan (ada yang ditabung).
Q: Apa 3 alternatif kebijakan diskresioner untuk mengatasi pengangguran
A: 1) Pemerintah menaikkan pengeluarannya saja, 2) Pemerintah menurunkan pajak saja, 3) Kombinasi: pemerintah menaikkan pengeluaran DAN menurunkan pajak.
Q: Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal ekspansif
A: Kebijakan yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran, dilakukan dengan menaikkan pengeluaran pemerintah dan/atau menurunkan pajak, yang mengakibatkan defisit anggaran meningkat.
Q: Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal kontraktif
A: Kebijakan yang bertujuan mengendalikan inflasi dan memperlambat ekonomi yang overheating, dilakukan dengan menurunkan pengeluaran pemerintah dan/atau menaikkan pajak, yang mengakibatkan defisit anggaran menurun atau surplus meningkat.
Q: Dalam sistem pajak proporsional, apa yang terjadi pada penerimaan pajak saat pendapatan nasional naik
A: Penerimaan pajak otomatis naik secara proporsional, karena tarif pajak berupa persentase tetap dari pendapatan nasional. Contoh: tarif 20%, jika pendapatan nasional naik dari 1000 T ke 1200 T, pajak naik dari 200 T ke 240 T.
Q: Sebutkan komponen-komponen pengeluaran pemerintah modern
A: 1) Pertahanan dan militer, 2) Kesejahteraan sosial (kesehatan, pendidikan), 3) Infrastruktur (jalan, jembatan, telekomunikasi), 4) Program jaminan sosial, 5) Transportasi dan komunikasi publik, 6) Pemeliharaan dan perbaikan fasilitas.
Q: Apa hubungan antara multiplier effect dengan MPC
A: Semakin tinggi MPC, semakin besar multiplier effect. Karena MPC tinggi berarti orang lebih banyak membelanjakan tambahan pendapatan mereka, yang menciptakan efek berantai lebih besar dalam ekonomi.