1/18
Looks like no tags are added yet.
Name | Mastery | Learn | Test | Matching | Spaced |
---|
No study sessions yet.
Basic Assumptions of Behaviorism
Prinsip belajar harus diterapkan secara setara pada perilaku yang berbeda dan pada berbagai spesies hewan yang berbeda
Proses belajar dapat dipelajari secara paling objektif ketika fokusnya adalah stimulus dan response
Proses internal sebagian besar tidak dilibatkan dalam studi ilmiah
Belajar melibatkan perubahan perilaku
Organisme lahir dengan keadaan yang kosong (as blank states)
Proses belajar merupakan hasil dari peristiwa yg ada di lingkungan
tahap tahap classical conditioning
step 1: ns (bell) → nr (no response)
step 2: ns (bell) + ucs (meat) → ucr saliva
step 3: cs (bell)) → cr (saliva)
ciri ciri classical conditioning
biasanya terjdi saat ns sebelum dihadirkannya ucs (jeda 1,5 detik) sehingga disebut dengan signal learning
biasanya melibatkan proses mempelajari involuntary response
classical conditioning in human learning
explaining fears and phobias
kasus albert: takut sama tikus putih
fear of failure: karena kegagalan diasosiasikan dengan hukuman
common phenomema in classical conditioning
associative bias
importance of contingency
extinction
associative bias
membentuk asosiasi yang keliru atau berlebihan. jika dua peristiwa terjadi berdekatan dalam waktu, otak cenderung mengaitkan keduanya
contoh: Seseorang yang mengalami kejadian traumatis saat mendengar suara tertentu (misal: suara kembang api) bisa mengalami reaksi emosional setiap kali mendengar suara serupa,
importance of contingency
hubungan ketergantungan antara stimulus terkondisi (CS) dan stimulus tak terkondisi (UCS), di mana kemunculan UCS bergantung pada atau dapat diprediksi oleh kehadiran CS. kalo urutannya kebalik tidak akan terjadi pembelajaran yang efektif.
extinction
CS tidak lagi menimbulkan adanya CR karena UCS tidak dihadirkan secara kontinyu.
Common Phenomena in Classical Conditioning
generalization
spontaneous recover
stimulus discrimination
generalization
ketika stimulus mirip dengan CS juga menimbulkan CR.
contoh: tidak hanya takut kelinci, tapi juga kucing, anjing, dan binatang berbulu lainnya
Spontaneous Recovery
Ketika periode extinction diikuti dengan fase istirahat, maka CS akan kembali memunculkan response; meskipun intensitasnya lebih rendah
Stimulus Discrimination
Hanya CS yang dipasangkan dengan UCS yg menimbulkan CR.
Mis. anjing hanya merespon bell dengan volume yg keras; tapi yg volumenya kecil tidak direspon karena tidak ada proses conditioning
higher order conditioning
step 1: ns (bell) + ucs (meat) → ucr (salivate)
step 2: cs1 (bell) → cr (salivate)
step 3: ns2 (light) + cs1 (bell) → cr (salivate)
step 4: cs2 (light) → cr (salivate)
sensory preconditioning
fenomena dalam classical conditioning di mana dua stimulus netral (misalnya, cahaya dan bunyi) dipasangkan bersama terlebih dahulu, sebelum salah satu dari stimulus tersebut dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi
tahap sensory preconditioning
step 1: ns1 (school) + ns2 (test) → no response
step 2: ns1 (school) + ucs (traumatic event) → ucr (anxiety)
step 3: cs1 (school) → cr (anxiety)
step 4: cs2 (test) → cr (anxiety)
CHANGING UNDESIRABLE CONDITIONED RESPONSES
Extinguishing Undesirable Response (Extinction)
Counterconditioning more Desirable Responses
Systematic Desensitization
Extinguishing Undesirable Response (Extinction)
proses menghilangkan atau melemahkan respons yang tidak diinginkan dengan cara menghentikan penguatan stimulus yang sebelumnya membentuk respons tersebu
Counterconditioning more Desirable Responses
teknik dalam psikologi perilaku yang bertujuan mengganti respons tidak diinginkan dengan respons yang lebih positif melalui proses pengkondisian ulang.
contoh: Penderita fobia laba-laba diajak melihat gambar laba-laba sambil melakukan teknik pernapasan dalam, sehingga laba-laba dikaitkan dengan ketenangan
Systematic Desensitization
teknik terapi perilaku yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan respons ketakutan, kecemasan, atau fobia terhadap situasi atau objek tertentu