week 6 (1) - interview adol
1. Adolescence
Definisi: usia 12–18 tahun, lebih tepat disebut tahap perkembangan daripada batasan usia pasti.
Transisi signifikan:
Dari sekolah dasar (paling senior, bertanggung jawab) → ke sekolah menengah (paling junior, kurang penting).
Lingkungan sosial: interaksi keluarga, sekolah, peer group sangat memengaruhi perkembangan.
Kompleksitas hidup:
Keluarga tunggal, perceraian, keluarga baru (step-family).
Tekanan akademik & norma kelompok sebaya.
Tantangan:
Prestasi rendah + harus bekerja → makin sulit.
Prestasi tinggi pun menghadapi competitive stress, terutama di tahun akhir.
Masa remaja = masa mempertanyakan diri & peran dalam masyarakat.
2. Confidentiality
Confidentiality = fondasi hubungan terapeutik dengan remaja.
Risiko: tanpa batas jelas → informasi bisa salah/kurang lengkap.
Awal wawancara: jelaskan hukum & fakta tentang confidentiality serta pengecualiannya:
Pikiran serius soal bunuh diri/homicide
Kekerasan fisik/sexual abuse
Lingkungan: ruangan harus terasa privat (pintu, jauh dari ruang tunggu).
3. Establishing Rapport
Empati sulit dicapai bila interviewer kurang pengalaman dengan remaja.
Faktor bahasa, penampilan, gaya hidup bisa memengaruhi hubungan.
Jika topik relevan & interviewer sungguh-sungguh ingin tahu, hubungan bisa positif.
Tips: jujur soal kredensial dari awal dan konsisten sepanjang wawancara.
Teknik untuk Membangun Rapport
Reflective Listening → restatement/clarification hangat, nonjudgmental.
Open-Ended Questions → remaja muda bisa diberi pilihan awal, lalu tetap akhiri dengan pertanyaan terbuka.
Contoh: “Would you like to talk about X, Y, or Z today? Or maybe something else?”
Affirmations → penghargaan tulus (“I really appreciate your honesty”).
Gunakan secukupnya; overuse → terdengar tidak tulus.
4. Language
Dua aspek:
Kemampuan memahami & menggunakan bahasa
Gaya bicara yang dipakai untuk mengekspresikan diri
Berkaitan dengan perkembangan fisik, kognitif, kepribadian.
Perbedaan sosial → bisa tampak seperti keterbatasan berpikir.
Masalah utama: bahasa gaul populer terasa “asing” bagi orang dewasa → sulit diikuti.
Upaya orang dewasa meniru bahasa remaja sering gagal & dianggap tidak autentik.
Remaja peka terhadap hipokrisi orang dewasa.
5. Adjusting the Conceptual Level
Kemampuan konseptual remaja berprestasi bisa melebihi orang dewasa, meskipun masih terbatas pengalaman.
Prestasi sekolah ≠ indikator tepat kemampuan konseptual (motivasi rendah bisa memengaruhi).
Emosi berpengaruh terhadap performa konseptual saat wawancara.
Interviewer perlu menyesuaikan phrasing & level konsep pertanyaan, bukan hanya melihat nilai sekolah.
6. Appearance
Penampilan remaja (pakaian, rambut) bisa menyesatkan dalam menilai sikap/kemampuan.
Fashion = sangat dipengaruhi peer group, cepat berubah.
Dalam konteks wawancara kerja → biasanya dianjurkan tampil formal/rapi, tapi tidak semua remaja mengikuti.
Catatan penting: jangan hanya menilai dari penampilan, terutama bila kemampuan finansial membatasi cara berpakaian.
7. Non-Verbal Behavior
Remaja sangat ekspresif dengan bahasa tubuh, terutama saat terlibat emosional.
Gerakan bisa terlihat berlebihan bagi orang dewasa.
Nonverbal cues = indikator penting dalam memahami emosi mereka.
8. The Need to Be Treated as Adults
Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil, meskipun kadang berperilaku demikian.
Pertanyaan yang terlalu “mengancam” bisa memicu sikap defensif/childlike.
Gunakan gaya bertanya yang memulihkan self-worth & penerimaan mereka.
Tabel Ringkas Aspek Penting dalam Interviewing Adolescence
Aspek | Tantangan | Strategi Interviewer |
---|---|---|
Confidentiality | Risiko info tidak lengkap | Jelaskan batas & pengecualian sejak awal |
Rapport | Empati sulit, gap generasi | Gunakan reflective listening, open-ended Qs, affirmation |
Language | Bahasa gaul terasa asing | Jangan pura-pura meniru, tetap autentik |
Conceptual Level | Emosi & motivasi memengaruhi | Sesuaikan phrasing, jangan hanya nilai akademik |
Appearance | Fashion menyesatkan | Fokus ke jawaban, bukan gaya berpakaian |
Non-Verbal Behavior | Gestur berlebihan | Amati ekspresi emosional secara cermat |
Need to be treated as adults | Menolak diperlakukan kekanak-kanakan | Gunakan gaya bertanya yang menghargai harga diri |
Ringkasan
Interviewing adolescence memerlukan perhatian pada confidentiality, rapport, bahasa, penampilan, perilaku nonverbal, serta kebutuhan untuk diperlakukan sebagai individu dewasa.
Kesalahan umum: menilai dari fashion, gagal memahami bahasa gaul, atau terlalu mengontrol wawancara.
Kunci keberhasilan: empati, keaslian, sensitivitas, dan penyesuaian level komunikasi.