Setiap orang normal memiliki 2 komponen imunitas: Inate dan Adaptif.
Inate Immunity: Respons cepat (0-4 jam) terhadap penyusup (patogen).
Komponen: Makrofag, sel dendritik, sel monosit, protein komplemen, neutrofil, basofil, eosinofil, sel mast, natural killer.
Universal, menyerang berbagai macam proses inflamasi.
Cepat, tetapi tidak spesifik.
Adaptive Immunity: Respons lambat (4-14 hari setelah paparan).
Lebih kuat dan spesifik.
Terjadi di limfonodi (kelenjar getah bening).
Dua sel utama: Sel B (menghasilkan antibodi) dan sel T (menjadi sel T sitotoksik).
Sel B dan sel T berada di limfonodi.
Infeksi di paru-paru (contoh: bakteri TBC).
Tahap awal ditangani oleh Inate Immunity (makrofag).
Makrofag yang khusus disebut APC (Antigen Presenting Cell), mengumpulkan informasi tentang bakteri.
APC membawa sampel ke limfonodi.
Di limfonodi, APC bertemu dengan limfosit T helper.
T helper menerima informasi dari APC dan menghubungkan informasi ini ke sel B dan sel T.
Sel limfosit B memproses informasi dan menghasilkan sel plasma.
Sel plasma menghasilkan antibodi (immunoglobulin).
Antibodi menempel pada bagian tertentu dari patogen (misalnya permukaan bakteri TBC).
Antibodi mengalir dari limfonodi kembali ke paru-paru sebagai medan perang.
Mekanisme pertahanan humoral (cairan).
Sebagian sel limfosit B menjadi sel B memori.
Sel B memori berfungsi sebagai basis data.
Jika patogen yang sama masuk lagi, sel B memori langsung aktif dan menghasilkan antibodi.
Sel B memori terbentuk ketika kita divaksinasi.
Sel limfosit T berkembang menjadi sel T sitotoksik.
Sel T sitotoksik terjun langsung ke medan perang (tempat infeksi).
Membunuh patogen secara spesifik dan kuat.
Seluler Imunity.
Sel T dibagi menjadi 2 kategori:
CD4: Memiliki fungsi sebagai T helper (jembatan).
T helper 1: Mengaktivasi sel B.
T helper 2: Mengaktivasi sel B (menghasilkan IgE).
TH17: Mengaktivasi neutrofil.
T regulator: Mengatur kinerja sel T sitotoksik.
CD8: Berpotensi menjadi pembunuh (sel T sitotoksik).
Senjata yang sangat mematikan.
Jika seseorang mengalami defisiensi sel T (CD4 turun):
Adaptive Immunity tidak bekerja.
Hanya mengandalkan Inate Immunity yang tidak spesifik dan tidak sekuat Adaptive Immunity.
Infeksi bakteri (contoh: TBC) sulit disembuhkan.
Bakteri TBC sangat kuat dan dapat hidup di dalam makrofag.
HIV (Human Immunodeficiency Virus): Virus penyebab penyakit.
AIDS: Kondisi terminal dari stadium infeksi HIV.
HIV tidak langsung menjadi AIDS.
Fase infeksi HIV:
Fase Akut: Gejala batuk, pilek, demam.
Fase Kronik: Tidak ada gejala selama 5-10 tahun.
Fase AIDS: CD4 < 200 sel/µL, rentan terhadap infeksi oportunistik.
Envelope (glikoprotein GP41, GP120, P17).
Kapsid.
Materi genetik berupa RNA.
HIV merupakan virus yang hanya bisa bereplikasi di dalam sel.
HIV melakukan attachment (penempelan) menggunakan glikoprotein pada protein CD4 di sel target (T helper).
Setelah attachment terjadi fusion (penggabungan) antara envelope virus dan membran sel T helper.
HIV melepaskan materi genetiknya (RNA).
RNA akan di-reverse transcription menjadi DNA.
DNA virus masuk ke dalam nukleus dan bergabung dengan DNA sel normal.
Sel yang terinfeksi akan melakukan transkripsi dan translasi menghasilkan bagianbagian virus.
Kemudian akan digabung (assembly).
Virus baru dirilis dan siap menginfeksi sel T helper lainnya.
Sel T helper diperbudak dan mati karena nutrisi digunakan untuk membentuk virus.
Akibatnya CD4 akan turun.
Fase Akut: Terjadi peningkatan antigen virus (P24, GP17) dan RNA.
Fase Kronik: Antigen virus sangat sedikit sehingga hasilnya bisa false negative.
Fase AIDS: CD4 menurun.
(Tambahan)
Tuan Boy, 48 tahun, datang dengan keluhan:
Benjolan di leher kiri dan selangkangan kanan.
Demam naik turun.
Penurunan nafsu makan dan berat badan (8 kg dalam 2 bulan).
Sering masuk rumah sakit 2 tahun terakhir dengan keluhan demam, diare, batuk, sesak.
Demam, batuk > 2 minggu, keringat malam, penurunan berat badan -> gejala khas TBC.
Seks bebas 10 tahun lalu -> kemungkinan sudah AIDS saat ini.
Sering infeksi -> immunocompromise (penurunan imunitas, terutama adaptive immunity).
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum lemah.
Ada benjolan (limfonodi membesar).
Paru kanan normal.
Hati dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas hangat kering agak pucat, edema pitting pada tungkai bawah kanan dan kiri.
Pemeriksaan Darah Lengkap:
Hemoglobin 9.1 (anemia karena infeksi kronis).
Leukosit 6.000 (normal).
Diff count:
Neutrofil 80% (meningkat).
Limfosit 8% (rendah).
Monosit 12% (meningkat).
Eosinofil, basofil, Neutrofil step : Negatif.
Trombosit turun.
Fungsi ginjal dan hati aman.
Serologi:
Antibodi HIV reaktif.
CD4 50/µL (memenuhi kriteria AIDS).
TCM sputum: Mycobacterium tuberculosis terdeteksi.
Radiologi:
Infiltrat (mengarah pada infeksi TB).
HIV fase AIDS dengan koinfeksi TB.
HIV: ARV (antiretroviral virus) - Efavirenz dan Oclocide.
TB: OAT (obat antituberculosis) - 2HRZE/4-7HR:
2 bulan pertama: Isoniazid, Rifampisin, Pyrazinamide, Ethambutol.
4-7 bulan berikutnya: Isoniazid dan Rifampisin.
Sistem limfatik berupa saluran terbuka yang berfungsi untuk mereabsorpsi air.
Sebagai imunitas, dimana di titik-titik tertentu ada pembesaran dari aliran limfatik (lymph node).
Lokasi : Servikal, aksila, inguinal, toraks, dan abdomen.
Bakteri TBC dibawa ke limfonodi oleh makrofag tapi tidak mati.
Bakteri TBC merajalela dan menyebabkan infeksi limfonodi (limfadenitis TB).
Pembengkakan ketika ditekan dia tidak kembali, dibengkak penuh cairan.
Limfono di nya membesar menyebabkan alurannya tersumbat sehingga kelebihan cairan di jaringan (Banjir).