Identity Crisis
Krisis Identitas adalah kata yang dibuat oleh Erik Erikson di dalam bukunya yang berjudul “Theory of Personality”. Dengan arti seorang individu harus mencari jawaban yang rasional dari pertanyaan seperti Siapakah aku? dan Mau jadi apakah aku? di dalam konteks alternatif dan pilihannya sendiri. Erikson menggunakan istilah krisis identitas untuk menunjuk pada proses pencarian identitas. Dalam hal ini krisis identitas bukan suatu artian yang negatif, tetapi untuk menggambarkan suatu periode kritis perkembangan yang terjadi selama masa remaja, yaitu mencapai atau menemukan identitas diri.
Seringkali kita merasa bahwa hidup kita selalu berada pada aturan orang lain, yang membuat kita memiliki rasa menolak untuk mematuhinya dengan alasan mencari jati diri sendiri. Padahal yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari aturan yang ada dan mengukur kembali kadar hak dan kewajiban kita dalam kehidupan yang kita jalani.
Lingkungan memberikan serangkaian pola pikir dalam kehidupan individu. Pola pikir tersebut dapat mempengaruhi pola pikir individu saat jati diri seseorang itu menerima atau menolak pola pikir tersebut. Artinya, lingkungan memberikan sebuah pertanyaan pada jati diri seseorang, jika gagal menjawab dengan jawaban yang terbaik maka orang tersebut akan mengalami krisis identitas diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang belum tentu sudah menemukan identitas dirinya sendiri.
Faktor Internal Individu
Kesulitan remaja dalam mengembangkan kepribadian dapat menyebabkan hambatan dalam proses sosialisasi. Adapun lemahnya kepribadian menyebabkan timbulnya emosional yang labil pada remaja, munculnya rasa kurang percaya diri, adanya kecewaan, kurangan memiliki rasa juang dan rendahnya memiliki rasa ketekunan dalam mengatasi masalah.
Misalnya seperti badan terlalu gemuk atau terlalu kurus, sikap tertutup, teman kurang, prestasi belajar kurang dan lainnya. Biasanya remaja seperti ini kurag percaya diri jika berhadapan dengan orang lain atau publik.
Contohnya seperti kurang pengertian dan pemahaman mengenai narkoba yang dampaknya pada kehidupan individu. Akibatnya mudah terpengaruh oleh orang lain, salah dalam memilih lingkungan atau pergaulan dan sebagainya.
Contohnya seperti remaja yang salah dalam mengartikan informasi dari temannya tentang kegunaan narkoba karena kurangnya pengetahuan dan pengertian.
Kurangnya pendidikan agama pada remaja memberikan kurangnya pendalaman etika moral sehingga remaja cenderung tidak memiliki kontrol diri.
Faktor Eksternal
Adanya konflik yang sering ditunjukkan dalam keluarga dapat berpengaruh pada remaja contohnya seperti pertengkaran, kata-kata kasar, kekerasan fisik dan sebagainya yang sering ditampilkan di hadapan remaja dapat membuat remaja menjadi trauma dan memberikan persepsi yang buruk pada orang tuanya. Akibatnya anak tidak menemukan ketenangan dan kehangatan dalam keluarga, respek anak terhadap orang tuanya menjadi lemah, dan anak cenderung mencari kesenangan diluar rumah.
Adanya keinginan orang tua yang terlalu menekan remaja, dapat memberikan reaksi perlawanan pada remaja. Adanya reaksi ini dikarenakan sebagai bentuk mempertahankan diri dari intervensi atau tekanan dari luar diri tersebut.
Perselisihan antarsaudara dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang seperti adanya rasa iri hati, perbedaan pendapat, perbedaan perlakuan orang tua dan sebagainya. Adanya hal tersebut dapat membuat remaja mencari suatu ketenangan dan kesenangan di luar rumah.
Pengaruh pertemanan yang buruk dapat membuat remaja mudah mengikuti perilaku yang meyimpang. Hal ini karena perasaan remaja lebih mudah terbentuk bersama dengan teman-temannya.
Adanya remaja memiliki perilaku negatif dikarenakan berbagai sebab, contohnya seperti remaja tidak dapat menjalin hubungan pertemanan dengan baik, diremehkan, dilecehkan, dan sebagainya.
Beberapa tanda bahwa individu sedang mengalami krisis identitas adalah sebagai berikut
Individu merasa tidak mengetahui keinginan dan tujuan hidupnya
Pencapaian pada usianya tidak sesuai dengan harapan
Takut akan kegagalan
Tidak ingin merelakan masa kecil dan masa remaja berakhir
Takut tidak mampu menempatkan pilihan yang tepat untuk sebuah keputusan
Cenderung membandingkan pencapaian dan keadaan diri sendiri dengan orang lain sehingga membuat diri merasa tidak mampu dan tidak berguna
Krisis identitas terjadi karena adanya perubahan fisik, emosional, kognitif, dan sosial. Jika remaja tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan sosial yang membantu untuk menemukan jati dirinya, maka remaja akan mengalami kebingungan identitas.
Kebingungan itu bisa menyebabkan dua hal menurut Erickson dalam Ramdhanu. A.C Dkk, 2019 yaitu penarikan diri individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga atau meleburkan diri dengan hubungan pertemanannya dan kehilangan identitas dirinya.
Diffusion : terjadi ketika remaja merasa tidak perlu adanya komitmen atau identitas apapun dalam hidupnya.
Forclosure : terjadi ketika remaja merasa yakin sehingga tidak mengeksplorasi identitas lainnya lebih jauh.
Morotanium : remaja secara aktif mengeksplorasi identitas namun belum menentukan apa yang diinginkan.
Achievement : ketika remaja telah melalui tahap eksplorasi dan telah menentukan identitas diri.
Kenakalan remaja
Kasus kenakalan remaja memiliki prediksi tahun 2016 mencapai 8597,97 kasus, 2017 sebesar 9523.97 kasus, 2018 sebanyak 10549,70 kasus ,2019 mencapai 11685,90 kasus dan pada tahun 2020 mencapai 12944,47 kasus. Mengalami kenaikan tiap tahunnya sebesar 10,7%.
Mengakui dan menerima perasaan.
Berusahalah untuk mengidentifikasi dan memahami perasaan yang kita rasakan tentang identitas diri sendiri, kemudian mengakui dan menerima perasaan itu. Katakan pada diri sendiri bahwa tidak apa-apa untuk merasakan apa yang kita rasakan, memberikan perhatian pada diri sendiri seperti seorang teman dekat.
Mengeksplor minat dan kesukaan diri.
Menanyakan diri sendiri mengenai apa yang kita sukai dan apa yang tidak lagi kita sukai, kemudian mengeksplor hobi dan minat yang baru dapat menjadi cara yang berguna untuk lebih mengenal diri sendiri.
Mempertimbangkan tujuan.
Luangkan waktu untuk memikirkan tujuan hidup kita. Apa yang ingin dicapai? Hal apa yang membuat senang dan bahagia? Karena krisis identitas mungkin merupakan tanda bahwa beberapa kebutuhan saat ini tidak terpenuhi, jadi menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan itu dapat membawa rasa kepuasan yang besar dalam hidup.
Mendapatkan dukungan.
Memiliki teman dan keluarga untuk bersandar dapat membantu kita untuk menemukan jati diri. Dukungan sosial yang kuat adalah bagian yang paling penting untuk kesehatan mental dan juga dapat menjadi cara untuk mendapatkan umpan balik dan dorongan yang kita butuhkan yaitu merasa nyaman dengan diri sendiri. Adanya teman, saudara, keluarga, dan kelompok pendukung lainnya dapat menjadi tempat untuk menemukan dukungan yang kita perlukan (Cherry. K, 2018).
(Hidayah.N & Huriati, 2016)
Ciri individu dengan identitas diri yang positif :
Mengenal individu sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain
Mengakui jenis kelamin sendiri
Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan
Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat
Menyadari hubungan masalalu, sekarang dan masa yang akan datang
Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai atau direalisasikan
Krisis Identitas adalah kata yang dibuat oleh Erik Erikson di dalam bukunya yang berjudul “Theory of Personality”. Dengan arti seorang individu harus mencari jawaban yang rasional dari pertanyaan seperti Siapakah aku? dan Mau jadi apakah aku? di dalam konteks alternatif dan pilihannya sendiri. Erikson menggunakan istilah krisis identitas untuk menunjuk pada proses pencarian identitas. Dalam hal ini krisis identitas bukan suatu artian yang negatif, tetapi untuk menggambarkan suatu periode kritis perkembangan yang terjadi selama masa remaja, yaitu mencapai atau menemukan identitas diri.
Seringkali kita merasa bahwa hidup kita selalu berada pada aturan orang lain, yang membuat kita memiliki rasa menolak untuk mematuhinya dengan alasan mencari jati diri sendiri. Padahal yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari aturan yang ada dan mengukur kembali kadar hak dan kewajiban kita dalam kehidupan yang kita jalani.
Lingkungan memberikan serangkaian pola pikir dalam kehidupan individu. Pola pikir tersebut dapat mempengaruhi pola pikir individu saat jati diri seseorang itu menerima atau menolak pola pikir tersebut. Artinya, lingkungan memberikan sebuah pertanyaan pada jati diri seseorang, jika gagal menjawab dengan jawaban yang terbaik maka orang tersebut akan mengalami krisis identitas diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang belum tentu sudah menemukan identitas dirinya sendiri.
Faktor Internal Individu
Kesulitan remaja dalam mengembangkan kepribadian dapat menyebabkan hambatan dalam proses sosialisasi. Adapun lemahnya kepribadian menyebabkan timbulnya emosional yang labil pada remaja, munculnya rasa kurang percaya diri, adanya kecewaan, kurangan memiliki rasa juang dan rendahnya memiliki rasa ketekunan dalam mengatasi masalah.
Misalnya seperti badan terlalu gemuk atau terlalu kurus, sikap tertutup, teman kurang, prestasi belajar kurang dan lainnya. Biasanya remaja seperti ini kurag percaya diri jika berhadapan dengan orang lain atau publik.
Contohnya seperti kurang pengertian dan pemahaman mengenai narkoba yang dampaknya pada kehidupan individu. Akibatnya mudah terpengaruh oleh orang lain, salah dalam memilih lingkungan atau pergaulan dan sebagainya.
Contohnya seperti remaja yang salah dalam mengartikan informasi dari temannya tentang kegunaan narkoba karena kurangnya pengetahuan dan pengertian.
Kurangnya pendidikan agama pada remaja memberikan kurangnya pendalaman etika moral sehingga remaja cenderung tidak memiliki kontrol diri.
Faktor Eksternal
Adanya konflik yang sering ditunjukkan dalam keluarga dapat berpengaruh pada remaja contohnya seperti pertengkaran, kata-kata kasar, kekerasan fisik dan sebagainya yang sering ditampilkan di hadapan remaja dapat membuat remaja menjadi trauma dan memberikan persepsi yang buruk pada orang tuanya. Akibatnya anak tidak menemukan ketenangan dan kehangatan dalam keluarga, respek anak terhadap orang tuanya menjadi lemah, dan anak cenderung mencari kesenangan diluar rumah.
Adanya keinginan orang tua yang terlalu menekan remaja, dapat memberikan reaksi perlawanan pada remaja. Adanya reaksi ini dikarenakan sebagai bentuk mempertahankan diri dari intervensi atau tekanan dari luar diri tersebut.
Perselisihan antarsaudara dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang seperti adanya rasa iri hati, perbedaan pendapat, perbedaan perlakuan orang tua dan sebagainya. Adanya hal tersebut dapat membuat remaja mencari suatu ketenangan dan kesenangan di luar rumah.
Pengaruh pertemanan yang buruk dapat membuat remaja mudah mengikuti perilaku yang meyimpang. Hal ini karena perasaan remaja lebih mudah terbentuk bersama dengan teman-temannya.
Adanya remaja memiliki perilaku negatif dikarenakan berbagai sebab, contohnya seperti remaja tidak dapat menjalin hubungan pertemanan dengan baik, diremehkan, dilecehkan, dan sebagainya.
Beberapa tanda bahwa individu sedang mengalami krisis identitas adalah sebagai berikut
Individu merasa tidak mengetahui keinginan dan tujuan hidupnya
Pencapaian pada usianya tidak sesuai dengan harapan
Takut akan kegagalan
Tidak ingin merelakan masa kecil dan masa remaja berakhir
Takut tidak mampu menempatkan pilihan yang tepat untuk sebuah keputusan
Cenderung membandingkan pencapaian dan keadaan diri sendiri dengan orang lain sehingga membuat diri merasa tidak mampu dan tidak berguna
Krisis identitas terjadi karena adanya perubahan fisik, emosional, kognitif, dan sosial. Jika remaja tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan sosial yang membantu untuk menemukan jati dirinya, maka remaja akan mengalami kebingungan identitas.
Kebingungan itu bisa menyebabkan dua hal menurut Erickson dalam Ramdhanu. A.C Dkk, 2019 yaitu penarikan diri individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga atau meleburkan diri dengan hubungan pertemanannya dan kehilangan identitas dirinya.
Diffusion : terjadi ketika remaja merasa tidak perlu adanya komitmen atau identitas apapun dalam hidupnya.
Forclosure : terjadi ketika remaja merasa yakin sehingga tidak mengeksplorasi identitas lainnya lebih jauh.
Morotanium : remaja secara aktif mengeksplorasi identitas namun belum menentukan apa yang diinginkan.
Achievement : ketika remaja telah melalui tahap eksplorasi dan telah menentukan identitas diri.
Kenakalan remaja
Kasus kenakalan remaja memiliki prediksi tahun 2016 mencapai 8597,97 kasus, 2017 sebesar 9523.97 kasus, 2018 sebanyak 10549,70 kasus ,2019 mencapai 11685,90 kasus dan pada tahun 2020 mencapai 12944,47 kasus. Mengalami kenaikan tiap tahunnya sebesar 10,7%.
Mengakui dan menerima perasaan.
Berusahalah untuk mengidentifikasi dan memahami perasaan yang kita rasakan tentang identitas diri sendiri, kemudian mengakui dan menerima perasaan itu. Katakan pada diri sendiri bahwa tidak apa-apa untuk merasakan apa yang kita rasakan, memberikan perhatian pada diri sendiri seperti seorang teman dekat.
Mengeksplor minat dan kesukaan diri.
Menanyakan diri sendiri mengenai apa yang kita sukai dan apa yang tidak lagi kita sukai, kemudian mengeksplor hobi dan minat yang baru dapat menjadi cara yang berguna untuk lebih mengenal diri sendiri.
Mempertimbangkan tujuan.
Luangkan waktu untuk memikirkan tujuan hidup kita. Apa yang ingin dicapai? Hal apa yang membuat senang dan bahagia? Karena krisis identitas mungkin merupakan tanda bahwa beberapa kebutuhan saat ini tidak terpenuhi, jadi menemukan cara untuk memenuhi kebutuhan itu dapat membawa rasa kepuasan yang besar dalam hidup.
Mendapatkan dukungan.
Memiliki teman dan keluarga untuk bersandar dapat membantu kita untuk menemukan jati diri. Dukungan sosial yang kuat adalah bagian yang paling penting untuk kesehatan mental dan juga dapat menjadi cara untuk mendapatkan umpan balik dan dorongan yang kita butuhkan yaitu merasa nyaman dengan diri sendiri. Adanya teman, saudara, keluarga, dan kelompok pendukung lainnya dapat menjadi tempat untuk menemukan dukungan yang kita perlukan (Cherry. K, 2018).
(Hidayah.N & Huriati, 2016)
Ciri individu dengan identitas diri yang positif :
Mengenal individu sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain
Mengakui jenis kelamin sendiri
Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan
Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat
Menyadari hubungan masalalu, sekarang dan masa yang akan datang
Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai atau direalisasikan