Judul: Recent Developments in Vaccine Design: From Live Vaccines to Recombinant Toxin VaccinesPenulis: Sonal Gupta, Sabine PellettKutipan: Toxins 2023, 15, 563. https://doi.org/10.3390/toxins15090563Tanggal: Diterima pada 18 Juli 2023, Revisi pada 28 Agustus 2023, Diterima pada 31 Agustus 2023, Dipublikasikan pada 8 September 2023Lisensi: Creative Commons Attribution (CC BY)
Vaksin adalah strategi paling efektif untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh patogen. Vaksin pertama menggunakan inokulasi langsung dari patogen hidup. Vaksin hidup yang dilemahkan dan dibunuh mengurangi risiko, tetapi juga memiliki risiko lain. Vaksin subunit dan protein rekombinan memberikan alternatif yang aman, tetapi memerlukan penyempurnaan untuk respon imun yang optimal. Vaksin toksoid, terbukti efektif melawan tetanus dan difteri, adalah tipe vaksin yang menggunakan toksin patogen yang dinonaktifkan untuk menghasilkan imunitas. Vaksin mRNA menjadi pendekatan modern yang efektif seperti yang terlihat pada pandemi COVID-19.
Vaksinasi merupakan metode yang sangat efektif dalam pencegahan penyakit pada manusia dan hewan. Terdapat berbagai pendekatan dalam pengembangan vaksin, vaksin dapat bersifat profilaktik (sebelum terpapar) atau terapeutik (setelah terpapar).
Mengawali penggunaan vaksin pada abad ke-18 dengan vaksinasi cacar. Edward Jenner mengembangkan vaksin cacar menggunakan cowpox. Proses vaksinasi cacar memperlihatkan efisiensi, meskipun ada efek samping. Berbagai vaksin dikembangkan untuk penyakit lain seperti polio, difteri, dan hepatitis B.
Vaksin Hidup yang DilemahkanMengandung patogen hidup yang dilemahkan untuk induksi respon imun. Contoh: vaksin MMR (campak, gondongan, rubella).
Vaksin Killed (Inactivated)Mengandung patogen yang dibunuh sehingga tidak menular. Memerlukan adjuvans dan dosis tambahan untuk kekebalan yang lebih baik.
Vaksin ToksidMenggunakan toksin yang dinonaktifkan untuk membentuk imunitas. Contoh: vaksin tetanus dan difteri. Vaksin toksoid berfungsi dengan cara menginduksi produksi antibodi tanpa menyebabkan penyakit. Ketika toksin dinonaktifkan, mereka tidak lagi toksik tetapi masih dapat dikenali oleh sistem imun, yang kemudian merespon dengan memproduksi antibodi. Ini menghasilkan kekebalan jangka panjang terhadap infeksi di masa depan yang disebabkan oleh patogen tersebut. Ini sangat penting dalam menjaga kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara dengan tingkat infeksi yang tinggi.
Vaksin Subunit RekombinanHanya mengandung bagian dari patogen untuk menginduksi respon imun. Contoh: vaksin hepatitis B.
Vaksin mRNAMenggunakan mRNA untuk mengkode protein patogen sebagai vaksin. Contoh: vaksin COVID-19 (Pfizer dan Moderna).
Vaksin Toksid TetanusDikembangkan untuk melawan satu-satunya neurotoxin tetanus (TeNT). Memerlukan inokulasi tubuh untuk memicu respon imun yang cukup. Imunisasi global berdampak pada penurunan angka kematian.
Vaksin Toksid DiphtheriaMenggunakan toksin difteri yang dinonaktifkan untuk meningkatkan kekebalan. Penurunan drastis dalam kasus difteri terjadi setelah diperkenalkan.
Vaksin Neurotoxin BotulinumTerdiri dari kelas yang paling kuat dari protein toxic yang ditemukan. Memerlukan pengembangan vaksin baru untuk melindungi populasi yang berisiko.
Imunogenitas dan KeamananVaksin berbasis protein rekombinan dan toksid menunjukkan peningkatan keamanan. Vaksin mRNA memberikan efisiensi dalam pengembangan dan distribusi.
Tantangan VaksinMasih ada kebutuhan untuk pengembangan vaksin baru, terutama untuk penyakit mematikan seperti malaria dan demam berdarah. Keberadaan patogen dengan variasi antigenik tinggi menambah kompleksitas.
Kemajuan terbaru dalam teknologi vaksin dan pemahaman patogenesis berpotensi memberikan jalan untuk pengembangan vaksin baru. Penting untuk mengoptimalkan tipe vaksin terhadap sifat spesifik patogen.