AW

Teori-teori psikologi sosial (Grand Theories)

Teori-teori konsistensk kognitif berpangkal pada suatu asumsi, yaitu kognisi atau pemikiran yang tidak konsisten dengan kognisi lainnya. Hal ini menimbulakn sebuah perasaan yang tidak menyenangkan.

Heider (1946) menamakannya dengan istilah ketidakseimbangan kognitif dengan cognitive imbalance

  • Teori P-O-X (keseimbangan): Perasaan atau sikap yang ada pada seseorang (P) terhadap orang lain (O) dapat memengaruhi sikap orang tersebut atau P, selanjutnya terhadap sesuatu/seseorang yang lain (X). Seseorang cenderung menginginkan teman yang memiliki kesamaan atau istilahnya sefrekuensi. Seseorang cenderung mencari keseimbangan dalam kognisi-kognisinya.

Teori Disonansi Kognitif Festinger (1957)

  • Disonansi/ketidakseimbangan: pikiran yang amat menekan dan memotivasi seseorang untuk memperbaikinya (mengganggu logika atau skema yang dipunya)

  • Karena terjadinya disonansi, sehingga terkadang harus menambahkan aspek tertentu untuk membuat konsisten atau merubah perilaku. Contohnya: melihat secara sekilas gubernur atau seseorang yang dihormati malah makan di pinggir jalan.

  • What will we do? Make sure, cuek, maupun neutral

Teori Peran (Role Theory)

  • Teori Peran: perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki peranan dalam semua situasi sosial. Contohnya: Seorang wanita yang berperan menjadi ibu, manajer, hrd, dst.

  • Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang untuk setiap status yang dimilikinya. Menurut teori peran, hal tersebut merupakan sebuah skenario yang disusun oleh masyarakat di mana skenario tersebut mengatur bagaimana peran setiapmorang dalam pergaulannya.

  • Life-course: masyarakat mempunyai harapan untuk setiap aspek maupun anggotanya agar memiliki perilaku tertentu sesuai dengan kategori usia yang berlaku.

Ketidakberhasilan dalam Memainkan Peran

  • Konflik Peran: konflik peran simplenya terjadi karena salah satu harus tetap menaati suatu pola peran, sedangkan peranan orang lain diharuskan untuk melanggar pola hal tersebut. Contohnya seorang polisi menangkap pengedar narkoba yang ternyata adalah anaknya sendiri, dilema(?)

  • Peran yang Tidak Sesuai: Terjadi ketika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap. Contohnya seseorang yang sedang mengalami transisi dari siswa ke mahasiswa di mana terdapat nilai konflik peran siswa dengan mahasiswa.

  • Peran yang Berlebihan: Terjadi ketika individu terlalu banyak menerima peran dalam kehidupan sosialnya. Contohnya: sebagai istri, ibu, perawat hingga mahasiswa S2. Hal ini membuat individu dituntut oleh banyak hal tetapi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya.

Mengurangi Ketegangan akibat Peran

  • Rasionalisasi (Mencari pembenaran): suatu proses difensif untuk mendefinisikan kembali suatu situasi yang menyakitkan dengan istilah-istilah yang secara sosial dan pribadi dapat diterima.

  • Pengkotakan (Compartmentalization): Memperkecil ketegangan peran dengan memagari peran seseorang dalam kotak-kotak kehidupan yang terpisah, sehingga seseorang hanya menanggapi seperangkat tuntutan peran pada satu waktu tertentu.

  • Kedirian (self): Bila orang menampilkan peran yang tidak disukai, mereka kadang-kadang mengatakan bahwa mereka hanya menjalankan apa yang harus mereka perbuat.