MC

week 2 - intro to observation

1. Observational Assessment

  • Pendekatan sistematis: Where – What + Who – How – When.

  • Tujuan: membuat observasi yang specific, detailed, factual.

    • Specific → gunakan angka/satuan perbandingan.

    • Detailed → deskripsi lengkap (bentuk, warna, lokasi) agar pembaca bisa membayangkan tanpa melihat langsung.

    • Factual → hindari opini; hasil observasi harus bisa disepakati siapapun observer.

2. Definisi Observation

  • Etimologi: dari bahasa Latin observare → to watch, to attend to.

  • Marshall & Rossman (1989): deskripsi sistematis dari peristiwa, perilaku, dan artefak dalam setting sosial.

  • Hammersley & Atkinson (1995): keterampilan khusus, melibatkan isu potensi penipuan, impression management, dan marginalitas peneliti di setting asing.

3. Fundamental Fallacies

  1. Peneliti tidak terlatih sebagai observer ilmu sosial.

  2. Peneliti tidak siap melakukan observasi pada saat tertentu.

4. Training for Observation

  • Belajar memperhatikan dan menangkap detail.

  • Latihan menulis deskriptif.

  • Disiplin mencatat field notes.

  • Memisahkan detail penting dari trivia.

  • Validasi & triangulasi observasi dengan metode ketat.

  • Melaporkan kekuatan & keterbatasan perspektif sendiri → butuh self-knowledge & self-disclosure.

5. What Are Being Observed?

a. Verbal Behavior

  • Bales (1950): analisis interaksi kelompok → kontribusi positif/negatif, spesialisasi “task” vs “socio-emotional”.

  • Albert & Kessler (1978): ritual sapaan telepon → 4 tahap (summary, justification, positive comment, continuation).

b. Non-Verbal Behavior

  • Argyle (1978): gaya bicara, intonasi, jeda, gesture, pakaian, ekspresi wajah, kontak mata.

  • Vrugt (1990): nonverbal Ratu Belanda dalam pidato → indikasi perbedaan opini dari pemerintah.

  • Argyle (1987): postural molding → tanda hubungan baik; eye-gaze penting untuk sinkronisasi percakapan.

c. Total Behavior

  • Minuchin (1974): dinamika keluarga → pola up/down, near/far, in/out.

  • Carry (1978): aturan sosial pedestrian (tatap muka lalu alihkan pandangan saat berpapasan).

d. Unobtrusive Measures

  • Webb et al. (1981): indikator tidak langsung (karpet aus, sidik hidung di kaca, sampah → konsumsi alkohol).

e. Sampling Procedures

  • Event sampling (critical incident).

  • Time sampling (observasi interval).

6. Who Conducts the Observation?

  • Solo observer / team.

  • Participatory / collaborative approach → responden sebagai co-researchers.

7. When to Observe?

  • Immediate recording: langsung dicatat → meminimalkan distorsi memori.

  • Retrospective recording: setelah wawancara/tes selesai → risiko lupa, tapi kadang satu-satunya cara.

8. Where to Observe?

  • Natural setting / Field Observation: studi ekologi perilaku komunitas (Barker et al., 1978).

  • Contrived / Simulated setting:

    • Work sample → in-basket test untuk kandidat manajer.

    • Situational test → tugas simulasi untuk polisi baru.

  • Standardized conditions: contoh → Strange Situation Test (Ainsworth, 1978).

9. How to Observe?

  • Participant observer → ikut dalam setting (insider view).

  • Onlooker (non-participant) → posisi terpisah, hanya mengamati.

  • Kombinasi → mulai sebagai onlooker, lalu jadi participant.

  • Overt vs Covert: terbuka (full disclosure) vs tersembunyi (menghindari bias perilaku).

  • Technology: audio, visual, digital tools, transcript.

  • Etika: informed consent wajib.

10. Variations in Observation

  1. Struktur observasi: highly structured unstructured.

  2. Fokus: sempit luas.

  3. Pengetahuan responden: overt covert.

  4. Penjelasan ke responden: full none.

  5. Time scale: single observation longitudinal.

  6. Metode: simple notes devices.

  7. Feedback: full sharing none.

11. Advantages of Observation

  • Memberi bukti konkret fenomena.

  • Bisa menilai perilaku dalam konteks.

  • Efektif untuk nonverbal behavior & perilaku tak bisa diakses self-report.

  • Bisa menjelaskan who, when, where, why.

  • Merekam kronologi & kontinuitas.

  • Bisa kaji setting unik (wedding, political meeting, prison, crowd).

  • Bisa dikombinasikan dengan metode lain.

  • Rekaman permanen memungkinkan analisis ulang.

12. Disadvantages of Observation

  • Hanya menjawab pertanyaan tertentu.

  • Reactivity: perilaku berubah karena sadar diamati (Hawthorne effect).

  • Bisa bias → perspektif outsider.

  • Time-consuming & labor-intensive.

  • Perilaku manusia tidak konsisten.

13. Bias dalam Observasi

  • Halo Effect: penilaian positif/negatif menyebar ke aspek lain.

  • Hawthorne Effect: hasil positif karena efek observasi.

  • Working memory limit (Miller, 1956): kapasitas observasi terbatas.

14. Observation and Interview

  • Observation: fokus pada masa kini.

  • Interview: refleksi masa lalu atau perkiraan masa depan.

  • Keduanya saling melengkapi → wawancara = body, observasi = soul.

  • Observasi bisa menangkap hal yang tidak mau/bisa diceritakan responden.

15. Observation in Counseling

  • Penting menangkap nuansa emosi & perilaku nonverbal.

  • Jika tidak peka → risiko kehilangan kepercayaan klien.

  • Contoh: ekspresi sedih/kemarahan singkat saat menyebut nama seseorang.

16. Observation and Psychological Testing

  • Tes psikologis (terutama proyektif) → perlu dipadukan dengan natural observation.

  • Henry & Spiro (1953): syarat tes + observasi

    1. Mengukur kepribadian secara menyeluruh.

    2. Tidak culture-bound.

    3. Bisa diaplikasikan ke banyak orang dengan cepat.

    4. Analisis bisa dilakukan pihak lain untuk mengurangi bias.

Tabel Perbandingan: Overt vs Covert Observation

Aspek

Overt Observation

Covert Observation

Disclosure

Tujuan riset dijelaskan

Tidak ada disclosure

Perilaku responden

Bisa berubah (reaktif)

Lebih natural

Etika

Lebih sesuai etika (consent)

Problem etis (tanpa consent)

Data

Terkadang kurang natural

Lebih autentik

Contoh

Observasi kelas dengan izin

Observasi perilaku konsumen di toko tanpa sepengetahuan

17. Catatan Penting

  • Observasi adalah keterampilan khusus, perlu latihan & disiplin.

  • Pilihan metode (natural, contrived, overt, covert, participant, non-participant) harus disesuaikan dengan tujuan riset & etika.

  • Selalu waspadai bias & reaktivitas.

  • Observasi sebaiknya dilengkapi dengan wawancara & tes untuk gambaran lebih komprehensif.