MA

Bab 8:Adab Menggunakan Media Sosial

Bab 8: Adab Menggunakan Media Sosial

1. Pentingnya Adab menggunakan Media Sosial Seiring dengan perkembangan teknologi dan internet, telah menghubungkan setiap manusia ke dalam sebuah dunia baru, dunia digital tanpa batas. Internet dapat menghubungkan berbagai belahan dunia yang tidak kenal sebelumnya dengan cara mengoneksikan komputer/HP dengan jaringan internet. Saat berinteraksi dengan pengguna internet di dalam jaringan, naluri manusia sebagai makhluk sosial muncul. Hal ini yang menjadi dasar munculnya media online (termasuk media sosial) yang mampu mewadahi para pengguna internet di seluruh dunia. Medsos sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Dari bangun tidur sampai mau tidur, medsos berada dalam genggaman. Medsos mempunyai dampak positif dan negatif. Di antara manfaatnya adalah memudahkan dalam berkomunikasi, bersilaturahmi, dan kemudahan mendapatkan informasi. Selain itu medsos juga bermanfaat untuk media belajar dan bisnis. Di sisi lain, medsos juga dapat berdampak negatif bagi penggunanya. Seperti hoaks, ujaran kebencian, perkelahian, pornografi, radikalisme, terorisme, dan lain-lain. Contoh nyata adalah hasil pantauan tim AIS Ditjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika per tanggal 5 Mei 2020 ada 1.401 konten hoaks dan disinformasi tentang Covid-19 yang beredar di masyarakat. Sedangkan dalam ujaran kebencian, data dari media tempo. co tanggal 20 November 2020, bahwa salah satu media sosial terbesar dari sepuluh ribu penayangan konten sepanjang bulan Juli-September 2020, terdapat sepuluh sampai sebelas unggahan yang mengandung ujaran kebencian. Dari penjelasan di atas, dalam bermedia sosial perlu ada adab. Adab ini untuk menghindari dari dampak negatif yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Harapannya dengan adab bermedia sosial ini, semua penggunanya aman dan nyaman serta lebih bermanfaat.

2. Pengertian Adab menggunakan Media Sosial svara bahasa, adab artinya adat istiadat, ia menunjukkan suatu kebiasaan. etiket. pola perilaku yang ditiru dari orang-orang yang dianggap sebagai model. Secara istilah adab adalah kebiasaan dan aturan tingkah laku praktis yang mempunyai muatan nilai baik yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan media sosial yakni media berbasis Internet yang memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dengan orang isin dan mempresentasikan dirinya dengan khalayak luas maupun terbatas yang dapat mendorong persepsi interaksi dengan orang lain. (Hendra A Setyawan, 2017). Lebih lanjut ia menyatakan bahwa media sosial merupakan konten online yang dibuat dengan teknologi penerbitan yang sangat mudah diakses dan terukur. Kemajuan teknologi sekarang berdampak pada cara komunikasi seseorang, berbagi berita, mencari informasi, gaya belajar, dan konten. Jenis media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah facebook, instagram, twitter, telegram, whatsapp, kaskus, dan lain-lain. Dari penjelasan tersebut, maksud adab menggunakan media sosial adalah suatu sikap dan perilaku yang harus dikedepankan ketika berinteraksi dengan orang lain ketika menggunakan media sosial.

3. Dasar Naqli Meskipun, zaman Nabi Muhammad Saw. belum ada media sosial, tetapi rambu-rambu dalam berinteraksinya diajarkan dalam Al-Qur'an dan Hadis. Di antara dalil naqli tentang menggunakan media sosial terdapat dalam Q.S. Al-Hujurat/49: 6 berikut ini. يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَيَا فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَدِمِينَ ) ( الحجرات / ٦:٤٩) Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kaliantidak mencetakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat/49:6). Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa ketika menerima sebuah informasi termasuk di dalamnya mendapatkan informasi dari media sosial, maka perlu dicek kebenaran informasi yang kalian terima. Pengecekan informasi tersebut bisa menanyakan ke pemberi informasi atau mengecekke sumber-sumber resmi yang bisa dipertanggungjawabkan. Apabila kalian mendapatkan informasi tanpa diteliti kebenarannya, seperti yang dijelaskan QS. Al-Hujurat/49: 6 agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohannya yang akhirnya kalian akan menyesali perbuatan yang telah dilakukan. Sedangkan dalam hadis Nabi Muhammad Saw. memberikan arahan dalam menggunakan media sosial sebagai berikut. عَنْ أَبِي الْخَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ إِنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْمُسْلِمِينَ خَيْرُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ (رواه مسلم) Artinya: Dari Abu al-Khair bahwa dia mendengar 'Abdullah bin Amr bin al-Ash keduanya berkata, "Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw, "Muslim yang bagaimana yang paling baik?" Beliau menjawab: "Yaitu seorang muslim yang orang lain merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya." (HR. Muslim) Dari hadis di atas dikaitkan dengan adab dalam menggunakan media sosial, agar seorang muslim dalam berinteraksi dengan orang lain merasakan aman dari gangguan dalam bentuk lisan maupun update status atau komentar dalam menggunakan media sosial.

4. Adab Menggunakan Media Sosial Dalam menggunakan media sosial perlu adab bagi penggunanya Apa saja adabnya, silahkan kalian simak penjelasan berikut ini Niat yang baik Dalam agama Islam, kedudukan niat sangatlah penting, tidak hanya karena merupakan rukun dari suatu ibadah, tetapi niat akan membimbing kesadaran dan sikap seorang muslim dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Bahkan dengan nilai suatu perbuatan akan ditentukan sesuai dengan niatnya. Seperti sabda Rasulullah Saw: عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَابِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُوْلِهِ ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُوْلِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوْجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (رواه مسلم) Artinya: Dari 'Umar bin al-Khattab ra ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, sesungguhnya amal perbuatan ditentukan dengan niatnya. Sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai dengan niatnya. Siapa yang hijrah dengan niat kepada Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasulnya. Dan siapa yang hijrah dengan niat memperoleh dunia atau menikahi seorang perempuan, maka hijrahnya sesuai dengan yang ia niatkan. (HR. Muslim). Imam al-Nawawi menjelaskan maksud hadis di atas adalah amal perbuatan dinilai sesuai dengan niatnya. Dalam hadits tersebut dicontohkan bahwa seseorang yang hijrah dengan niat karena Allah dan Rasulullah, pahala dari hijrah itu akan didapatkannya kelak dı akhirat. Apabila ada yang berniat hijrah untuk mendapatkan harta atau perempuan, maka ia hanya akan memperoleh balasan duniawi sesuai yang dia niatkan. Karenanya dalam bermedia sosial diniatkan lillahi ta'ala. Hal ini sesuai dengan QS. Al- An'am/6: 162-163.Penjelasan di atas menunjukkan pentingnya sebuah niat. Dalam Kitab Ta'lim al-Muta'alim, Imam al-Zarnuji menyebutkan banyak perbuatan yang secara lahiriah adalah amal duniawi, tetapi karena baiknya niat akan menjadi amal akhirat (bernilai ibadah) jika diniati dengan niat yang baik. Sebaliknya amal akhirat (ibadah) jika niatnya tidak baik akan menjadi amal dunia (tidak dinilai sebagai ibadah yang berpahala). Dari hadis dan penjelasan di atas dihubungkan dengan menggunakan media sosial pun perlu diniati dengan baik agar mempunyai nilai ibadah dan mendatangkan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. b. Memilih teman yang baik Dalam bermedia sosial, tentu kalian akan bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai negara. Pilihlah teman di media sosial yang baik untuk menambah silaturrahim, saling berbagi informasi yang baik, dan saling mengingatkan untuk melakukan perbuatan positif. Apabila ada teman di media sosial mengajak ke hal yang bertentangan ajaran agama dan norma sosial, maka kalian harus berani mengatakan TIDAK. Banyak kasus dalam pertemanan di media sosial, terjerumus ke perbuatan yang dilarang agama dan hukum yang berlaku di Indonesia. Terkait memilih teman, Nabi Muhammad Saw. telah memberikan gambaran perbedaan antara teman yang baik dan yang tidak baik: عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَثَلُ الجليس الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخَ الْكِيْرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً (رواه البخاري)Artinya: Dari Abi Musa ra, dari Nabi Saw. bersabda: perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang buruk adalah seperti penjual minyak misik (yang wangi) dan seorang pandai besi. Penjual minyak misik terkadang ia menawarkan minyaknya dan terkadang ia akan menjualnya kepadamu dan terkadang kamu yang akan mendapatkan aroma wanginya. Adapun pandai besi adakalanya ia akan membakar pakaianmu dan adakalanya kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap. (H.R. Al-Bukhari) C. Meneliti fakta atau kebenaran informasi yang diterima Dalam berinteraksi media sosial, kalian pasti pernah menerima informasi dari teman, baik berupa teks/tulisan, foto atau video. Terkadang setelah menerima informasi tersebut, kalian ingin mengirim kembali informasi tersebut ke berbagai grup lain. Sebelum mengirim, teliti kebenaran beritanya. Meneliti kebenaran berita yang didapat dari media sosial merupakan hal yang paling utama. Saring sebelum sharing ke media sosial. Kebenaran ini akan menjadikan apa yang kalian sampaikan di medsos bisa dipertanggungjawabkan baik di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Hujurat/49: 6 pada halaman sebelumnya. d. Menyampaikan informasi tanpa rekayasa atau manipulasi Berita bohong atau hoax biasa dimulai dari mengedit, merekayasa dan memanipulasi informasi yang ada di dalam sebuah berita. Padahal hal ini dilarang dalam Islam. Maka sebagai muslim yang baik, hendaknya tidak merekayasa dan memanipulasi informasi. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Hajj/22: 30 di bawah ini وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزَّوْرِ ) ( الحج / ٢٢ : ٣٠) "Jauhilah olehmu perkataan-perkataan dusta." e. Mengajak kepada kebaikan Media sosial tidak hanya media untuk bersilaturrahmi dengan berbagai kalangan. Tetapi juga dapat dijadikan sebagai media mengajak kepada kebaikan secara lebih luas. Terlebih lagi data Kementerian Komunikasi dan Informatika per tanggal 5 Mei 2020 ada 1.401 konten hoaks dan disinformasi tentang Covid-19 yang beredar di masyarakat. Sedangkan dalam ujarankebencian, data dari media tempo.co tanggal 20 November 2020, bahwa salah satu media sosial terbesar dari sepuluh ribu penayangan konten sepanjang bulan Juli-September 2020, terdapat sepuluh sampai sebelas unggahan yang mengandung ujaran kebencian. Dari data tersebut, seharusnya media sosial menjadi ladang dakwah kalian untuk menyeru kebaikan dan menebarkan perdamaian. Sehingga orang-orang akan tetap tergerak hatinya untuk mengikuti kebaikan. Nabi Muhammad Saw. bersabda: عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِي .... فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ (رواه مسلم) Artinya: Dari Abi Mas'ud al-Anshari lalu Rasulullah Saw. bersabda: Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka orang tersebut akan mendapatkan pahala sama seperti orang yang menjalankan kebaikan tersebut. (H.R. Muslim). Melalui hadis ini Nabi menjelaskan keutamaan orang yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain, yaitu akan mendapatkan pahala sama seperti orang yang melakukan kebaikan tersebut sebab amal yang dia lakukan (menunjukkan kebaikan). Oleh karena itu, dalam bermedsos seorang muslim harus berperan aktif mengajak kepada kebaikan, misalnya dengan memposting kegiatan-kegiatan positif, meluruskan informasi bohong atau hoaks yang sudah menyebar, dan membuat konten positif. f. Menyampaikan informasi atau memberikan komentar sebaiknya dengan cara yang baik. Dalam menggunakan media sosial, seringkali kalian menyampaikan informasi. Sampaikan informasi di media sosial kalian dengan cara yang baik. Begitu juga saat memberikan komentar teman kalian, sampaikan dengan cara yang baik pula. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. An-Nahl/16 125 ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلُهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَArtinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ursesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS. An-Nahl/16: 125). Dalam menggunakan media sosial, hindarilah bahasa yang menyinggung atau menyakiti atau menghina orang lain Menggunakan media sosial dengan bahasa yang menyinggung atau menyakiti atau mencaci-maki, atau menghina orang lain dapat menumbuhkan kebencian dan pertikaian dengan orang lain. Dengan kata lain segala bentuk perbuatan buruk harus dihindari dalam berinteraksi baik di dunia nyata ataupun di media sosial, seperti: menghasut, ujaran kebencian, menyebarkan berita bohong, dan acuh-tak acuh. Sebagaimana dijelaskan Nabi Muhammad Saw. dalam hadis berikut ini: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَحَاسَدُوا . وَلَا تَنَاجَشُوْا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوْا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ. وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامُ دَمُهُ وَمَالَهُ. وَعِرْضُهُ (رواه مسلم) Artinya: Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullas Saw. bersabda: janganlah kalian semua saling hasad/iri dengki, saling menipu, saling membenci, saling acuh tak acuh, dan janganlah sebagian dari kalian menjual barang yang sudah dijual ke orang lain (sudah ditawar dan akan dibeli orang lain), jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, janganlah seorang muslim menzhaliminya, jangan menipunya dan janganlah menghinanya. Taqwa ada di sini, Rasul sambil menunjuk pada dada beliau tiga kali. Cukuplah seseorangdinilat buruk jika ia merendahkan/menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim bagi muslim yang lain haram darahnya, hartanya, dan harga dirinya. (HLR. Muslim). h. Bersikap Bijak Muslim yang baik tentu mereka yang bijak dalam menggunakan media sosial. Caranya dengan mengedepankan logika dan perasaan ketika berbagi nasihat yang baik ataupun status di medsos. Bijak dalam bermedsos berarti memahami bahwa setiap orang yang menjalin pertemanan di medsos, memiliki latar belakang yang berbeda. Mereka memiliki karakter, pengetahuan, wawasan serta pola pikir yang berbeda-beda, sehingga ketika mengirim informasi ke media sosial harus lebih berhati-hati agar tidak ada yang tersinggung. Tidak hanya itu, termasuk bersikap bijak dalam menggunakan media sosial adalah kalian dapat menjauhkan diri dari segala hal yang tidak bermanfaat. Hal ini merupakan salah satu karakter dari seorang muslim adalah dapat meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Rasulullah saw bersabda: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ (رواه الترمذي) Artinya: Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw. bersabda sebagian dari kebaikan Islam seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. (H.R. Al-Tirmidzi) i. Dapat mengambil hikmah (kebaikan) Apa yang ada di media sosial, tidak seluruhnya baik, dan tidak seluruhnya buruk. Dengan kata lain ada yang buruk dan ada yang baik. Pada penjelasan sebelumnya, kalian sebagai muslim diajarkan untuk bisa meninggalkan hal- hal buruk yang tidak memberikan manfaat. Selain itu, karena media sosial juga mengandung banyak kebaikan dan hal-hal positif bagi umat muslim, maka kalian harus selalu bisa mengambil manfaat dan kebaikan dari media sosial hal ini sudah dianjurkan Rasulullah Saw, sebagaimana dalam hadits berikut ini:عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْكَلِمَا الْحِكْمَةُ صَالَةُ الْمُؤْمِنِ فَحَيْثُ وَجَدَهَا فَهُوَ أَحَقُّ بِهَا (رواه الترمذي) Artinya: Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw. bersabda: kalimat yang mengandung hikmah (kebaikan) adalah sesuatu yang hilang dari orang mukmin, maka ketika seorang mukmin menemukannya ia lebih berhak untuk mengambilnya. (HR. Al-Tirmidzi) Dari hadis tersebut Nabi memberikan motivasi kepada umat muslim agar selalu mencari dan mengambil kebaikan dari segala sumber. Dalam hadis ini disebutkan "sesuatu yang hilang dari orang mukmin" ini menunjukkan bahwa dalam mencari kebaikan harus dengan keinginan yang kuat seperti ketika mencari barang milik kalian yang hilang. Selain itu, hadis ini mengajarkan bahwa seorang mukmin tidak hanya cukup mengajarkan kebaikan, tetapi harus selalu mencari kebaikan-kebaikan juga.

5. Penerapan Karakter dalam Adab Bermedia Sosial Ada beberapa hal yang dapat diterapkankan dalam menggunakan media sosial agar tetap nyaman, yaitu. a) Dalam berinteraksi di media sosial, saling menghormati dan menghargai antaranggota grup atau netizen. Gunakan bahasa yang santun, tidak menyinggung perasaan anggota dalam media sosial; b) Menghindari update status atau meng-upload berita berburuk sangka (su'udzan), mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus), dan menggunjing orang lain (ghibah). Hal ini sesuai firman Allah Swt. dalam Q.S. Al-Hujurat/49: 12.يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنَّ إِثْمَ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ﴾ (الحجزت / ١٢:٤٩) Artinya. "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba sangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat/49: 12). c) Gunakan media sosial yang sehat dengan mengupload status atau informasi di grup yang bermanfaat bagi anggota. Hindarkan isi status atau komentar yang menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Selain itu jangan ada muatan radikalisme, intoleransi, kekerasan, dan terorisme; d) Apabila dalam interaksi di media sosial ada perbedaan pendapat, anggota grup harus saling menghormati. Utamakan persatuan. Jangan sampai perbedaan pendapat di grup berdampak pada hubungan secara langsung maupun tidak langsung: e) Tidak memproduksi dan menyebarkan berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hatespeech) di media sosial.

6. Hikmah Adab Bermedia Sosial Ada beberapa hikmah yang akan kalian dapatkan apabila mematuhi adab dalam bermedia sosial, yaitu: a) Terhindar dari berita hoax, b) Mendapatkan kepercayaan dari orang lain, c) Orang lain merasa nyaman ketika melakukan silaturahmi di media sosial: d) Terjalin hubungan yang harmonis dengan sesama;e) Terhindar dari tindakan yang diskriminatif utamanya menyangkut unsur SARA.