Klasifikasi Sains (Classification of Science)

Bagaimana Sains Diklasifikasikan?

Agenda

• Review of previous material.
• Presentation by Group 1: "Klasifikasi Sains" (Classification of Science).
• History of the Classification of Science.
• Metaphysical and Axiological Presuppositions of the Classification of Science.
• Reflection: Intellectual Respect for God.

Presentasi Kelompok 1: "Klasifikasi Sains"

• 30-minute presentation.

Tanya dan Jawab

• 15-minute question and answer session.

Sejarah Klasifikasi Sains (History of the Classification of Science)

1. Filsafat Yunani (Greek Philosophy): Plato and Aristotle
2. Filsafat Helenistik (Hellenistic Philosophy)
3. Filsafat Zaman Pertengahan (Medieval Philosophy) (Abad 4 – 15 M) (4th - 15th Century AD)
4. Filsafat Renaisans (Renaissance Philosophy) (Abad 14-16 M) (14th-16th Century AD)
5. Filsafat Pencerahan (Enlightenment Philosophy) (Abad 18 M) (18th Century AD)
6. Positivisme dalam Abad 19 M (Positivism in the 19th Century AD)
7. Klasifikasi Kontemporer (Contemporary Classification) (Abad 20) (20th Century)

Kutipan (Quote)

• "Sebagai tanda modernitas Eropa, ada kecenderungan untuk membangun tatanan sekuler dengan prinsip-prinsip yang lebih rasional dan ilmiah, dan konsekuensi yang tak terhindarkan adalah ketegangan antara gaya positivistik dan gaya holistik terhadap pendekatan ilmu pengetahuan selanjutnya" (G.W. Trompf, 113).
• Translation: "As a sign of European modernity, there is a tendency to build a secular order with more rational and scientific principles, and the inevitable consequence is a tension between positivistic and holistic styles towards the subsequent approach to science."

Klasifikasi Sains menurut Plato (Classification of Science according to Plato)

• Plato, in his work The Republic, divides science into 4 fields:
  1. Aritmatika (Arithmetic)
  2. Geometri (Geometry)
  3. Astronomi (Astronomy)
  4. Musik (Music)

Coba pikirkan ini (Think about this):

1. Mengapa Plato mengklasifikasikan sains dalam 4 bidang? (Why did Plato classify science into 4 fields?)
2. Apakah Plato mempunyai presuposisi di balik klasifikasinya? (Does Plato have presuppositions behind his classification?)

Presuposisi Metafisis (Metaphysical Presuppositions)

• Sains merupakan pernyataan-pernyataan paradigmatik yang berorientasi pada dunia idea. (Science is a paradigmatic statement oriented towards the world of ideas.)
• Aritmatika membantu kita “mengotemplasikan/merenungkan pemikiran abstrak.” (Arithmetic helps us to contemplate/meditate on abstract thought.)
• Geometri untuk “mengetahui bentuk-bentuk yang abadi/kekal.” (Geometry is for knowing eternal/everlasting forms.)
• Astronomi mengarahkan jiwa “melihat realitas di atas langit.” (Astronomy directs the soul to see reality above the heavens.)
• Musik menolong kita “untuk menemukan harmoni dalam alam.” (Music helps us to find harmony in nature.)

Klasifikasi Sains menurut Aristoteles (Classification of Science according to Aristotle)

• Aristotle's classification of science:
  • Filsafat Alam (Natural Philosophy):
    • Fisika (Physics)
    • Astronomi (Astronomy)
    • Cosmologi (Cosmology)
    • Meteorologi (Meteorology)
    • Studi tentang Hewan (Study of Animals)
    • Studi tentang Tumbuhan (Study of Plants)
    • Studi tentang Jiwa (Study of the Soul)
  • Yang bukan sains (Non-science):
    • Statistik (Analitik) (Statistics (Analytics))
    • Metafisika (Metaphysics)
    • Puisi (Poetry)
    • Retorika (Rhetoric)
    • Etika (Ethics)
    • Politik (Politics)
    • Interpretasi Konstitusi (Interpretation of the Constitution)
    • Hukum (Law)

Diskusi Kelompok (Group Discussion)

• Temukan beberapa perbedaan klasifikasi sains antara Plato dan Aristoteles. (Find some differences between Plato and Aristotle's classifications of science.)

Klasifikasi Sains Zaman Pertengahan (Classification of Science in the Middle Ages)

• Septem Artes Liberales (Seven Liberal Arts):
  • Trivium (logika, gramatika dan retorika) (logic, grammar, and rhetoric).
  • Quadrivium (aritmatika, geometri, astronomi, dan musik) (arithmetic, geometry, astronomy, and music).
  • Artes Serviles (mekanika, teknik) (mechanical arts, engineering).
• Filsafat sebagai “ancilla theologiae/hamba teologi” (Philosophy as "ancilla theologiae/handmaiden of theology").

Presuposisi Metafisis (Metaphysical Presuppositions)

• Kesatuan ciptaan Tuhan (Unity of God's creation).
• Pemikiran berpusat pada Allah (Thought centered on God).
• Hierarki penciptaan (Hierarchy of creation).
• Iman dan akal saling melengkapi dalam berpikir (Faith and reason complement each other in thinking).

Klasifikasi Sains Zaman Renaisans (Classification of Science in the Renaissance)

• Klasifikasi John Webster tentang ilmu-ilmu humaniora/kemanusiaan (John Webster's classification of humanities):
  • Bahasa (Language)
  • Filsafat (Philosophy)
  • Logika (Logic)
  • Etika (Ethics)
  • Literatur/sastra (Literature)
  • Sejarah (History)
  • Musik (Music)
  • Sejarah agama-agama (History of religions)

Presuposisi Epistemik (Epistemic Presuppositions)

• Manusia sebagai pusat pemikiran (Man as the center of thought).
• Manusia sebagai pusat seluruh nilai (Man as the center of all values).

Klasifikasi Sains August Comte (August Comte's Classification of Science)

• Hierarchy:
  • Mathematics
  • Astronomy
  • Physics
  • Chemistry
  • Biology
  • Sociology

Diskusi Kelompok (Group Discussion)

• Apa presuposisi Comte di balik klasifikasi sainsnya? (What are Comte's presuppositions behind his classification of science?)
• (Apa itu realitas, dan apa itu kebenaran?) (What is reality, and what is truth?)

Presuposisi Metafisis (Metaphysical Presuppositions)

• Realita adalah material, kebenaran adalah fakta (Reality is material, truth is fact).
• Hanya metode ilmu-ilmu alam yang menjadi metode saintifik yang valid (Only the methods of the natural sciences are valid scientific methods).

Klasifikasi Sains menurut W. Dilthey (Classification of Science according to W. Dilthey)

• Sciences:
  • Naturwissenschaften (Ilmu-ilmu alam) (Natural sciences)
  • Geisteswissenschaften (Ilmu-ilmu kemanusiaan) (Human sciences)

Presuposisi Epistemik (Epistemic Presuppositions)

• Mengetahui alam berbeda dengan mengetahui budaya manusia dan masyarakat (Knowing nature is different from knowing human culture and society).
• Ada 2 Fakta: fakta alam dan fakta sosial (There are 2 Facts: natural facts and social facts).
• Fakta alam diketahui dengan metode Erklären (menjelaskan) (Natural facts are known by the Erklären (explaining) method).
• Fakta sosial diketahui dengan metode Verstehen (memahami) (Social facts are known by the Verstehen (understanding) method).

Kutipan tentang Klasifikasi Sains Kontemporer (Quote about Contemporary Science Classification)

• “Jika prinsip-prinsip tradisional untuk mengungkapkan kesatuan pengetahuan yang filosofis atau dalam kasus universitas-universitas abad pertengahan yang menekankan kesatuan ciptaan Tuhan, hal itu membuat penasaran, terutama tentang bagaimana survivalisme planet di masa sekarang, telah mendorong pusat-pusat ilmu alam untuk berkolaborasi interdisipliner dengan ilmu-ilmu lain.” (G.W. Trompf, 113).
• Translation: "If the traditional principles for expressing the philosophical unity of knowledge or in the case of medieval universities that emphasized the unity of God's creation, it is curious, especially about how the planet's survivalism in the present has encouraged natural science centers to collaborate interdisciplinary with other sciences.”

Refleksi Wawasan Dunia Kristen (Christian Worldview Reflection)

• (Leahy, 273-289)

Penghormatan Intelijensi kepada Tuhan (Intellectual Respect to God)

Inteligensi kita (ilmu-ilmu kita), menuntun kita untuk mengetahui kemahakuasaan Tuhan (Our intelligence (our sciences) leads us to know the omnipotence of God)

Poin-poin berikut dapat membantu kita untuk merefleksikan secara filosofis (atau teologis) berbagai implikasi di balik kemajuan ilmu pengetahuan (The following points can help us to reflect philosophically (or theologically) on the various implications behind the progress of science).

1. Alam semesta adalah sebuah keajaiban. Mengapa? (The universe is a miracle. Why?)
   • Alam semesta yang teratur menunjukkan kepada ilmuwan suatu kecerdasan tertinggi (the supreme intelligence) (The orderly universe shows scientists a supreme intelligence).
   • "Religiositas" para ilmuwan terdiri dari "rasa heran" manakala merenungkan secara rinci hukum-hukum alam (The "religiosity" of scientists consists of a "sense of wonder" when contemplating the details of the laws of nature).
   • Sel adalah suatu keajaiban … kelahiran manusia adalah suatu keajaiban (mengapa?) (The cell is a miracle… human birth is a miracle (why?)).
2. Ada tujuan dalam alam semesta yang berkembang? Ke mana? (Is there a purpose in the evolving universe? Where to?)
   • Hal ini dapat dibayangkan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dalam Big Bang atau setelah itu. Tetapi hal itu tak terpikirkan untuk mengandaikan bahwa Dia menciptakan alam semesta sebelum Big Bang (It is conceivable that God created the universe in the Big Bang or after. But it is unthinkable to assume that He created the universe before the Big Bang).
   • Lalu, apakah Tuhan terus menciptakan alam semesta? (Then, does God continue to create the universe?).
3. Ada tujuan akhir dari hidup… ke mana? (Is there an ultimate purpose of life… where to?)
   • Konsep "aksidensi" menyiratkan "finalitas" (tujuan) … tidak ada aksidensi tanpa tujuan tertentu (The concept of "accident" implies "finality" (purpose) … there is no accident without a specific purpose).
   • Evolusi biologis yang terjadi melalui "aksidensi" … hanya spesies yang "beruntung" yang selamat (Biological evolution that occurs through "accident" … only "lucky" species survive).
   • Fakta bahwa kehidupan terarah pada kesempurnaan melalui evolusi, memunculkan rasa heran di benak para ilmuwan (Apakah ada perancang di balik evolusi? Siapa? Apa?) (The fact that life is directed towards perfection through evolution raises a sense of wonder in the minds of scientists (Is there a designer behind evolution? Who? What?)).
4. Perkembangan alam semesta berfungsi memunculkan alam semesta (Prinsip Antropik) (The development of the universe functions to bring about the universe (Anthropic Principle))
   • Mengapa cara yang diambil sangat rumit untuk menjelaskan alam semesta (Bing Bang, gugusan galaksi, evolusi) sehingga manusia bisa muncul di dalam alam semesta? (Why is the way taken so complicated to explain the universe (Bing Bang, galaxy clusters, evolution) so that humans can appear in the universe?).
   • Munculnya makhluk cerdas itu tidak mungkin tanpa keberadaan Tuhan (Hanya Tuhan yang dapat menciptakan makhluk secerdas itu) (The emergence of intelligent beings is impossible without the existence of God (Only God can create such intelligent beings)).

Referensi (References)

• Budi Hardiman, F., (Collector), 2014, Philosophy of Science – Student Reading Materials, Karawaci, UPH.
• Budi Hardiman, F., “Filsafat Ilmu: Telaah Dasar Ilmu-ilmu”.
• Leahy, L, “Manusia, Tuhan, Sains”.