Evaluasi pelatihan penting dilakukan untuk memastikan bahwa pelatihan benar-benar efektif dalam meningkatkan kompetensi peserta dan berdampak nyata pada organisasi. Model evaluasi yang umum digunakan adalah model 4 tahap dari Kirkpatrick, yang dirancang untuk mengevaluasi dari reaksi peserta hingga dampak akhir terhadap organisasi.
Reaction
Mengukur respons awal peserta terhadap pelatihan. Fokus utama adalah pada kepuasan dan persepsi peserta terhadap materi, fasilitator, metode penyampaian, dan relevansi pelatihan.
Contoh pertanyaan: Apakah pelatihan menarik? Apakah peserta merasa pelatihan ini bermanfaat?
Fungsi: Memberi gambaran apakah pelatihan diterima dengan baik dan layak diteruskan/ditingkatkan.
Learning
Mengukur peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki peserta setelah pelatihan.
Biasanya dinilai melalui pre-test dan post-test, tugas, diskusi, atau demonstrasi keterampilan.
Fungsi: Menilai seberapa besar materi pelatihan berhasil dipahami dan diserap oleh peserta.
Behavior
Mengukur perubahan perilaku peserta di tempat kerja setelah pelatihan.
Evaluasi dilakukan setelah pelatihan, melalui observasi langsung, penilaian oleh atasan, atau wawancara.
Fungsi: Menentukan apakah pengetahuan/keterampilan yang didapat diaplikasikan secara nyata dalam pekerjaan.
Contoh kasus: Seorang pegawai yang mengikuti pelatihan pelayanan pelanggan kemudian lebih ramah dan responsif terhadap keluhan pelanggan.
Results
Mengukur dampak pelatihan terhadap organisasi secara keseluruhan, seperti peningkatan produktivitas, penurunan kesalahan kerja, peningkatan kepuasan pelanggan, atau penghematan biaya.
Fungsi: Menunjukkan kontribusi pelatihan terhadap pencapaian tujuan strategis organisasi.
Contoh: Setelah pelatihan efisiensi produksi, jumlah produk cacat turun 30% dalam 3 bulan.
Level 1 & 2 → bersifat formative, berfokus pada proses penyelenggaraan pelatihan.
Level 3 & 4 → bersifat summative, berfokus pada hasil jangka panjang setelah pelatihan.
Evaluasi yang komprehensif sebaiknya mencakup keempat level untuk mendapat gambaran utuh mengenai efektivitas pelatihan.
Model ADDIE adalah langkah-langkah sistematis untuk merancang pelatihan. Terdiri dari:
Tujuan: Memahami masalah dan memastikan pelatihan memang dibutuhkan.
Pertanyaan penting:
Apa masalah kinerjanya?
Apakah pelatihan solusi yang tepat?
Siapa target peserta?
Apa gap kompetensinya?
Contoh:
Karyawan tidak percaya diri saat presentasi.
→ Apakah karena kurang skill atau karena budaya kerja tidak mendukung?
Tujuan: Menyusun struktur pelatihan.
Yang dirancang:
Tujuan pelatihan
Topik dan metode
Strategi evaluasi
Format (offline, online, hybrid)
Waktu dan media pembelajaran
Contoh:
Pelatihan public speaking berbasis praktik, terdiri dari 3 sesi + peer-to-peer feedback.
Tujuan: Membuat semua materi dan alat yang dibutuhkan.
Yang dibuat:
Modul, slide, handout, video
Menyiapkan tools, instruktur, logistik
Contoh:
Simulasi presentasi, rubrik penilaian, dan lembar observasi.
Tujuan: Menyelenggarakan pelatihan.
Yang dilakukan:
Pastikan peserta hadir
Materi tersampaikan
Proses berjalan lancar
Siap lakukan on-the-spot adjustment jika ada kendala
Tujuan: Mengukur efektivitas pelatihan.
Gunakan Kirkpatrick’s Four Levels:
Reaction – Apakah peserta puas?
Learning – Apakah mereka belajar?
Behavior – Apakah perilaku mereka berubah?
Results – Apakah ada dampak ke organisasi?
Ingat urutan ADDIE →
Analysis → Design → Development → Implementation → Evaluation
Gunakan model ini untuk memastikan pelatihan yang dirancang sesuai kebutuhan, efektif, dan berdampak nyata.