Note
0.0(0)
MA

SOCA Case 1 : Anemia def Fe

Eritropoiesis
  • Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritropoietin di sumsum tulang.

  • Proses ini dirangsang oleh hormon eritropoietin (EPO), yang diproduksi di ginjal.

  • Eritropoiesis meningkat ketika ada peningkatan kebutuhan sel darah merah atau ketika terjadi peningkatan lisis eritrosit.

Struktur dan Fungsi Eritrosit
  • Eritrosit, atau sel darah merah, adalah sel berbentuk cakram bikonkaf tanpa inti dan berwarna merah karena adanya hemoglobin.

  • Fungsi utama sel darah merah adalah mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Anemia

Definisi Anemia
  • Anemia didefinisikan sebagai kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) berada di bawah normal.

    • Untuk pria, kadar Hb normal kurang dari 13 g/dl.

    • Untuk wanita, kurang dari 12 g/dl.

    • Untuk wanita hamil, kurang dari 11 g/dl karena adanya janin.

  • Anemia juga ditandai dengan penurunan retikulosit (sel darah merah yang belum matang), sel darah merah, dan kadar hemoglobin.

Etiologi Anemia
  • Defisiensi besi (anemia defisiensi besi).

  • Gangguan produksi rantai globin (thalassemia).

  • Penyakit kronis.

  • Kondisi hemolitik.

Gejala Anemia
  • Gejala umum meliputi kelemahan, kelelahan, lesu, dan pucat.

  • Gejala spesifik tergantung pada jenis anemia.

Tes Laboratorium untuk Anemia
  • Kadar hemoglobin (menurun).

  • Kadar hematokrit (menurun).

  • Indeks sel darah merah (untuk mengklasifikasikan jenis anemia).

    • Hipokromik mikrositik.

    • Normokromik normositik.

    • Makrositik.

Indeks Mentzer
  • Digunakan untuk membedakan antara anemia defisiensi besi dan thalassemia pada anemia hipokromik mikrositik.

  • Mentzer Index = \frac{MCV}{RBC}

    • Jika indeks > 13, ini menunjukkan anemia defisiensi besi.

    • Jika indeks < 13, ini menunjukkan thalassemia.

Klasifikasi Anemia

Anemia Hipokromik Mikrositik

  • Ditandai dengan penurunan MCV (volume korpuskular rata-rata) dan MCHC (konsentrasi hemoglobin korpuskular rata-rata).

    • MCV menunjukkan volume rata-rata sel darah merah.

    • MCHC menunjukkan konsentrasi rata-rata hemoglobin dalam sel darah merah.

    1. Anemia Defisiensi Besi: Karena penurunan simpanan besi.

    2. Thalassemia: Karena gangguan pembentukan rantai globin (alfa atau beta).

    3. Anemia Sideroblastik: Eritropoiesis abnormal dengan akumulasi besi selama produksi heme, ditandai dengan sideroblas cincin di sumsum tulang.

    4. Anemia Penyakit Kronis: Terkait dengan kondisi kronis seperti kanker.

Anemia Normokromik Normositik

  • Ditandai dengan MCV normal (80-100 fL) dan MCHC.

    1. Anemia Hemolitik: Disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah karena racun, trauma, atau kondisi seperti defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.

    2. Anemia Aplastik: Kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah; garis sel lain biasanya normal. Etiologi termasuk kanker seperti kanker payudara atau paru-paru.

    3. Leukemia: Kanker sel hematopoietik di sumsum tulang, menyebabkan penurunan semua jenis sel darah (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit).

    4. Anemia Ginjal: Karena penyakit ginjal, seperti penyakit ginjal kronis (PGK), menyebabkan penurunan produksi eritropoietin dan gangguan eritropoiesis.

Anemia Makrositik

  • Ditandai dengan peningkatan MCV (volume korpuskular rata-rata) di atas normal.

    1. Anemia Megaloblastik: Sering dikaitkan dengan neutrofil hipersegmentasi dan meliputi:

      • Defisiensi Vitamin B12: Dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kesemutan dan mati rasa. Penyebab umum termasuk pasca gastrektomi atau diet vegan.

      • Defisiensi Asam Folat: Biasanya tidak menyebabkan gejala neurologis, sering terlihat pada wanita hamil.

Etiologi Anemia Defisiensi Besi
  • Penurunan asupan besi (konsumsi daging dan vitamin C yang rendah).

  • Gangguan penyerapan (misalnya, kolitis kronis atau pasca gastrektomi).

  • Peningkatan kebutuhan zat besi (misalnya, pada anak-anak, kehamilan, bayi prematur).

  • Kehilangan darah kronis (misalnya, perdarahan gastrointestinal dari wasir atau infeksi cacing tambang, perdarahan saluran pernapasan dari hemoptisis, perdarahan saluran kemih dari hematuria, atau menstruasi berat).

Patofisiologi Anemia (Anemia Defisiensi Besi)
  • Penipisan Besi: Tahap pertama melibatkan penurunan simpanan besi, tetapi pasokan besi untuk eritropoiesis belum terganggu.

  • Eritropoiesis Defisiensi Besi: Simpanan besi menurun, dan pasokan besi untuk eritropoiesis juga berkurang, tetapi hasil laboratorium mungkin belum mencerminkan hal ini.

  • Anemia Defisiensi Besi: Simpanan besi habis, yang memengaruhi eritropoiesis, dan hasil lab menunjukkan penurunan kadar hemoglobin bersama dengan gejala anemia.Tanda dan Gejala Anemia Defisiensi Besi

  • Tanda dan gejala umum: kelemahan, kelelahan, lesu, pucat.

  • Tanda dan gejala spesifik: stomatitis angularis (radang di sudut mulut), glositis atrofi (atrofi papila lidah), koilonychia (kuku berbentuk sendok), dan pica (mengidam zat yang tidak biasa).

Temuan Laboratorium pada Anemia Defisiensi Besi
  • Penurunan hemoglobin (Hb).

  • Penurunan hematokrit.

  • Penurunan MCV dan MCH.

  • Penurunan serum iron (Fe).

  • Peningkatan total iron-binding capacity (TIBC).

  • Penurunan feritin (simpanan besi).

Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
  • Pengobatan Farmakologis:

    • Tablet ferrous sulfate (FeSO4): 150-200 mg zat besi elemental tiga kali sehari.

    • Suplementasi vitamin C: 100 mg tiga kali sehari untuk meningkatkan penyerapan zat besi.

  • Pengobatan Non-Farmakologis:

    • Diet kaya zat besi (sayuran berdaun hijau, daging, hati ayam).

    • Konsumsi makanan yang kaya vitamin C (jeruk).

    • Hindari minuman yang menghambat penyerapan zat besi (teh, kopi).

Infeksi Cacing Tambang dan Anemia
  • Pemeriksaan tinja dapat mengungkapkan eosinofilia, menunjukkan infeksi cacing tambang.

  • Spesies cacing tambang yang umum termasuk Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.

Siklus Hidup Cacing Tambang

  • Tahap Diagnostik: Telur ditemukan dalam tinja manusia.

  • Telur menetas menjadi larva rhabditiform.

  • Larva rhabditiform berubah menjadi larva filariform.

  • Tahap Infektif: Larva filariform menembus kulit (biasanya melalui kaki) manusia yang tidak memakai sepatu.

Patogenesis Anemia Terkait Cacing Tambang

  • Cacing tambang menempel pada selaput lendir usus kecil dan memakan darah inang.

Pengobatan Infeksi Cacing Tambang

  • Pengobatan Farmakologis:

    • Albendazole: 400 mg sekali sehari selama tiga hari.

    • Pyrantel pamoate: 10 mg/kg berat badan per hari selama tiga hari (alternatif jika albendazole tidak tersedia).

  • Pengobatan Non-Farmakologis:

    • Edukasi pasien untuk memakai sepatu, terutama di kebun atau saat berada di luar, untuk mencegah penetrasi kulit oleh larva filariform.

Note
0.0(0)